Anak-anak muda di Korea Selatan begitu menggilai Samsung sebagai perusahaan incaran untuk bekerja. Mereka pun tidak segan merogoh kocek dalam-dalam untuk mengikuti sekolah persiapan melamar kerja di konglomerat usaha elektronik tersebut.
Bayangkan saja, buku latihan soal tes bakat dibanderol sekira USD20, sekira Rp228.360 (Rp11.418 per dolar). Buku-buku ini pun mendapat tempat istimewa di toko-toko buku di Korea Selatan. Sementara itu, biaya kelas privat dapat mencapai ribuan dolar.
"Saya sempat tidak yakin untuk mengikuti sekolah persiapan melamar kerja di Samsung. Biayanya tidak murah. Tetapi pengajarnya sangat profesional dan saya belajar banyak hal di sini,".
Sarjana Teknik berusia 27 tahun ini membayar 280.000 won atau USD323 (Rp3,6 juta) untuk belajar di LCS Communication. Lembaga tersebut menjalankan kelas persiapan untuk sesi wawancara kerja Samsung di Busan.
Sistem ini dikritik karena menciptakan kesengsaraan baru bagi para sarjana. Sebelumnya, mereka juga menghabiskan banyak waktu dan biaya mengikuti sekolah persiapan agar bisa berkuliah di perguruan tinggi top di Korea Selatan.
Di Korea Selatan, 65 persen generasi berusia 25-34 tahun masuk perguruan tinggi. Ini adalah angka tertinggi di antara 34 negara anggota Organisation for Economic Cooperation and Development's (OECD).
Ilustrasi itu menunjukkan pergeseran generasi yang begitu besar. Pasalnya, hanya 13 persen dari orang berusia 55-64 tahun di Korea Selatan mencicipi pendidikan tinggi.
Seleksi pekerjaan di Samsung nampaknya menjadi proses yang super kompetitif bagi anak muda Korea Selatan. Sistem rekrutmen ini juga melahirkan biaya finansial dan sosial yang tinggi. Hingga kini, belum ada solusi atas masalah tersebut.
Bagi kebanyakan mahasiswa, seperti Han Si Sarjana Teknik, "Rencana B" adalah kembali mencoba seleksi di Samsung tahun depan. Tahun ini, Han melamar untuk Samsung C&T Corp. Grup ini menangani usaha teknik, konstruksi, pemasaran dan investasi.
"Ibu saya menangis ketika saya berhasil lulus seleksi tahap kedua. Dia sangat bahagia. Saya ingin bekerja di Samsung sehingga ibu saya dapat membanggakan anaknya," tutur Han.
Samsung sendiri tidak selalu memasang tes masuk yang begitu sulit. Tiga puluh tahun lalu, menurut mantan karyawan Samsung, peramal yang ahli membaca wajah lolos seleksi untuk mengikuti sesi interview.
Sekarang, pekerjaan di perusahaan konglomerat begitu menggiurkan sehingga para mahasiswa rela berdesakan mengikuti "sekolah persiapan", mempelajari berbagai buku, dan menghadiri kuliah online.
Istilah "Samsung Gosi" mendeskripsikan proses yang begitu sulit. Gosi sendiri merupakan istilah bagi ujian CPNS di Korea Selatan. Banyak anak muda Korea belajar bertahun-tahun untuk lulus Gosi. (rfa)
Bayangkan saja, buku latihan soal tes bakat dibanderol sekira USD20, sekira Rp228.360 (Rp11.418 per dolar). Buku-buku ini pun mendapat tempat istimewa di toko-toko buku di Korea Selatan. Sementara itu, biaya kelas privat dapat mencapai ribuan dolar.
"Saya sempat tidak yakin untuk mengikuti sekolah persiapan melamar kerja di Samsung. Biayanya tidak murah. Tetapi pengajarnya sangat profesional dan saya belajar banyak hal di sini,".
Sarjana Teknik berusia 27 tahun ini membayar 280.000 won atau USD323 (Rp3,6 juta) untuk belajar di LCS Communication. Lembaga tersebut menjalankan kelas persiapan untuk sesi wawancara kerja Samsung di Busan.
Sistem ini dikritik karena menciptakan kesengsaraan baru bagi para sarjana. Sebelumnya, mereka juga menghabiskan banyak waktu dan biaya mengikuti sekolah persiapan agar bisa berkuliah di perguruan tinggi top di Korea Selatan.
Di Korea Selatan, 65 persen generasi berusia 25-34 tahun masuk perguruan tinggi. Ini adalah angka tertinggi di antara 34 negara anggota Organisation for Economic Cooperation and Development's (OECD).
Ilustrasi itu menunjukkan pergeseran generasi yang begitu besar. Pasalnya, hanya 13 persen dari orang berusia 55-64 tahun di Korea Selatan mencicipi pendidikan tinggi.
Seleksi pekerjaan di Samsung nampaknya menjadi proses yang super kompetitif bagi anak muda Korea Selatan. Sistem rekrutmen ini juga melahirkan biaya finansial dan sosial yang tinggi. Hingga kini, belum ada solusi atas masalah tersebut.
Bagi kebanyakan mahasiswa, seperti Han Si Sarjana Teknik, "Rencana B" adalah kembali mencoba seleksi di Samsung tahun depan. Tahun ini, Han melamar untuk Samsung C&T Corp. Grup ini menangani usaha teknik, konstruksi, pemasaran dan investasi.
"Ibu saya menangis ketika saya berhasil lulus seleksi tahap kedua. Dia sangat bahagia. Saya ingin bekerja di Samsung sehingga ibu saya dapat membanggakan anaknya," tutur Han.
Samsung sendiri tidak selalu memasang tes masuk yang begitu sulit. Tiga puluh tahun lalu, menurut mantan karyawan Samsung, peramal yang ahli membaca wajah lolos seleksi untuk mengikuti sesi interview.
Sekarang, pekerjaan di perusahaan konglomerat begitu menggiurkan sehingga para mahasiswa rela berdesakan mengikuti "sekolah persiapan", mempelajari berbagai buku, dan menghadiri kuliah online.
Istilah "Samsung Gosi" mendeskripsikan proses yang begitu sulit. Gosi sendiri merupakan istilah bagi ujian CPNS di Korea Selatan. Banyak anak muda Korea belajar bertahun-tahun untuk lulus Gosi. (rfa)
KOTAK KOMENTAR
|