Mencari
tahu kepribadian seseorang tak hanya bisa dilihat dari caranya
menghadapi masalah, namun laman Facebook juga bisa mengungkap banyak
hal. Sebuah penelitian menemukan media sosial mengisyaratkan tingkat
harga diri sang pemilik akun.
"Jenis
tindakan yang dilakukan user dan jenis informasi yang mereka tambahkan
ke Facebook adalah refleksi dari identitas mereka. Kau adalah
Facebook-mu, pada dasarnya," kata S. Shyam Sundar, Profesor Komunikasi
dan co-direktur Media Effects Research Laboratory.
Seperti dikutip dari Health24, Sundar mengatakan bahwa orang yang rendah harga dirinya cenderung amat mempedulikan apa yang orang lain posting tentang dirinya di Facebook. Sedangkan user dengan harga diri lebih tinggi menghabiskan banyak upaya menambahkan informasi ke profil.
Sebanyak 225 mahasiswa dari sebuah universitas di Korea Selatan dilibatkan dalam penelitian ini. Mereka diminta mengisi profil Facebooknya, juga diamati responnya ketika ada teman memposting sesuatu ke wall-nya. Mereka diminta menjawab serangkaian pertanyaan tentang data pribadi.
Dalam pertemuan INTERACT 2013 di Cape Town, Afrika Selatan, peneliti mengatakan bahwa orang-orang dengan harga diri yang tinggi maupun rendah diri menghabiskan banyak waktu memoles kesan yang ditampilkan lewat Facebook. Hanya saja, caranya berbeda.
Orang dengan harga diri tinggi cenderung mencantumkan banyak institusi di Facebook nya dan menghabiskan banyak waktu menambahkan informasi tentang keluarga, pendidikan dan pengalaman kerja ke dalam profil. Sedangkan user dengan harga diri yang rendah terus memantau wall Facebook-nya dan menghapus posting yang tak diinginkan dari orang lain.
"Temuan ini juga dapat menemukan cara menghasilkan uang dan jaringan sosial lewat online. Semakin Anda bisa terhubung ke Facebook, semakin kuat Anda merasa bahwa hal yang Anda posting adalah bagian dari identitas Anda, dan semakin besar kemungkinan Anda melihat ini sebagai harta virtual Anda," kata Sundar.
Karena user dengan harga diri yang tinggi dan rendah diri melihat media sosial sebagai perluasan identitas dirinya, mereka mungkin bersedia membayar atas fitur tertentu. Sebagai contoh, media sosial dan pengembang aplikasinya mungkin dapat menarik pelanggan yang mau membayar agar wall Facebook sesuai dengan profilnya.
Seperti dikutip dari Health24, Sundar mengatakan bahwa orang yang rendah harga dirinya cenderung amat mempedulikan apa yang orang lain posting tentang dirinya di Facebook. Sedangkan user dengan harga diri lebih tinggi menghabiskan banyak upaya menambahkan informasi ke profil.
Sebanyak 225 mahasiswa dari sebuah universitas di Korea Selatan dilibatkan dalam penelitian ini. Mereka diminta mengisi profil Facebooknya, juga diamati responnya ketika ada teman memposting sesuatu ke wall-nya. Mereka diminta menjawab serangkaian pertanyaan tentang data pribadi.
Dalam pertemuan INTERACT 2013 di Cape Town, Afrika Selatan, peneliti mengatakan bahwa orang-orang dengan harga diri yang tinggi maupun rendah diri menghabiskan banyak waktu memoles kesan yang ditampilkan lewat Facebook. Hanya saja, caranya berbeda.
Orang dengan harga diri tinggi cenderung mencantumkan banyak institusi di Facebook nya dan menghabiskan banyak waktu menambahkan informasi tentang keluarga, pendidikan dan pengalaman kerja ke dalam profil. Sedangkan user dengan harga diri yang rendah terus memantau wall Facebook-nya dan menghapus posting yang tak diinginkan dari orang lain.
"Temuan ini juga dapat menemukan cara menghasilkan uang dan jaringan sosial lewat online. Semakin Anda bisa terhubung ke Facebook, semakin kuat Anda merasa bahwa hal yang Anda posting adalah bagian dari identitas Anda, dan semakin besar kemungkinan Anda melihat ini sebagai harta virtual Anda," kata Sundar.
Karena user dengan harga diri yang tinggi dan rendah diri melihat media sosial sebagai perluasan identitas dirinya, mereka mungkin bersedia membayar atas fitur tertentu. Sebagai contoh, media sosial dan pengembang aplikasinya mungkin dapat menarik pelanggan yang mau membayar agar wall Facebook sesuai dengan profilnya.
KOTAK KOMENTAR
|