Pertama - tama
keselamatan menjadi hal pertama yang jadi perhatian FIM. Sebagai alat pengaman utama pembalap, tak sembarang helm bisa berlaga di MotoGP.
Adalah Snell foundation, sebuah lembaga khusus untuk menilai kelayakan helm yang digandeng FIM demi menjaga keselamatan pembalap. Ada banyak syarat yang ditetapkan Snell sebelum sebuah helm bisa ikut membalap.
berikut adalah sekilas tentang Snell Foundation
"The Snell Memorial Foundation memiliki salah satu fasilitas pengujian helm yang paling canggih dan tersibuk di dunia. California laboratorium pengujian helm Snell adalah salah satu dari sedikit di Amerika Serikat terakreditasi untuk ISO 17025 oleh Asosiasi Amerika untuk Akreditasi Laboratorium (A2LA) .
Sebelum helm bisa bersertifikat-Snell, helm itu diuji dalam fasilitas uji state-of-the-art Snell. Snell teknisi melakukan berbagai tes untuk menentukan kinerja helm dan kemampuan untuk tetap di kepala dalam kondisi lingkungan yang berbeda - ambien, semisal dalam kondisi basah, panas, dingin. Tergantung pada aplikasi dan standar, setiap helm harus lulus semua atau beberapa tes "
Salah satu yang utama adalah keharusan Helm memiliki lapisan polystyrene dengan tingkat ketebalan 2,5 cm. Lapisan inilah berfungsi meredam benturan saat terjadi kecelakaan.
Berikut rincian tahap tahap helm untuk Motogp diuji
1. Impact Test
Test ini difungsikan untuk menguji apakah helm yang digunakan oleh pembalap mampu menahan benturan saat pembalap mengalami sebuah kecelakaan yang membahayakan kepala sang pembalap.
Tes ini melibatkan serangkaian dampak terkendali di mana helm diposisikan pada plat berkepala logam dan kemudian dijatuhkan ke berbagai landasan uji baja (Flat, Hemisphere, Kurbstone, Roll bar, Edge atau yang berjenis Horseshoe type) yang mensimulasikan dampak yang berbeda pada permukaannya. Di mana helm dijatuhkan dari jarak 2,5 meter namun dengan kecepatan 20,8 km/jam plus jatuh pada permukaan besi.
Bentuk kepala pada permukaan besi yang diinstrumentasi dengan accelerometer ini bertujuan untuk mengukur kekuatan puncak G [G force peak] atau percepatan yang diukur dalam "G" unit Gravitational. Energi impak (ketinggian saat dijatuhkan dan massa dari helm), atau seberapa keras helm terpengaruh memiliki hasil yang unik untuk setiap standar. Namun, dalam setiap tes yang valid, jika efek 'G force Peak' ini kepada helm melebihi nilai ambang tertentu (sekitar 300 G, tergantung pada standar dan jenis tes), helm tersebut ditolak atau tidak lulus tes.
2. Positional Stability (Roll-Off) Test
Sementara ujian seanjutnya bernama Positional Stability (Roll-Off) Tes terkait dengan kekuatan tali pengamam yang memastikan helm tidak terlepas saat sang pembalap terjatuh.
Bentuk kepala dipasang pada penyangga berdiri sehingga helm akan menghadap ke bawah pada sudut kesitar 135 derajat. selanjutnya Helm ditempatkan pada posisi yang disesuaikan untuk mendapatkan kondisi "best fit" layaknya sedang dipakai oleh pembalap. kemudian Sebuah tali kawat dihubungkan ke tepi belakang helm dengan diambahkan beban dibawahnya kemudian membuat helm terarik ke bawah menghadap lantai.
jika pada test ini helm terlepas saat ditarik kebawah oleh beban besi yang dikaitkan, maka helm akan dinyatakan tidak lolos tes.
3. Dynamic Retention Test
pada test ini, helm akan diuji apakah tali pengaman rahang yang terpasang pada helm kuat untuk menahan kepala pembalap saat pembalap terjatuh dan tertarik.
Helm ditempatkan pada posisi kepala yang normal kemudian tali dagu diikat ke bawah dengan sebuah perangkat khusus, dimana pada bagian rahang ditarik oleh beban dengan berat sekitar 23 kg selama kurang lebih satu menit. Sistem retensi ini kemudian dijalankan bertahao dari beban awal sekitar 23 kg sampai massa beban mencapai 38 kg.
Sistem retensi gagal jika helm tidak dapat menahan beban mekanik atau jika peregangan pada tali pengaman rahang dari sistem retensi ini melebihi 30 mm.
4. Chin Bar Test
Test ini dilakukan dengan tujuan menguji apakah pelindung dagu pada helm pembalap mampu menahan benturan yang keras saat terjadi kecelakaan. hal ini juga dimaksudkan untuk menghindari trauma di kepala sang pembalap.
Tes pelindung dagu berlaku untuk helm full face, khusus balapan semisal helm khusus balap gokart. Helm ditempelkan ke plat yang kaku dengan pelindung dagu menghadap ke atas. Lalu sebuah beban seberat 5 kg dijatuhkan ke bagian tengah pelindung dagu. Defleksi ke bawah dari pelindung dagu yang telah dijatuhi beban tidak boleh melebihi jarak yang ditentukan.
Quote:5. Shell Penetration Test
Pada dasarnya uji penetrasi ini mirip dengan uji impact, namun pada uji ini, helm akan benar benar diuji apakah mampu menahan beban yang langsung tertuju pada helm, misalnya saat pembalap jatuh dan helm tertusuk batang besi maupun pagar disisi track balapan.
Uji penetrasi berlaku untuk helm yang digunakan untuk sepeda motor balap seperti MotoGP, dan beberapa olahraga khusus semacam gokart, ski dan helm berkuda.
Pertama - tama Helm ditempelkan ke plat besi yang kokoh kemudian sebuah besi tajam seberat 3 kg menusuk helm dibagian atas helm. Beban besi tidak boleh menembus helm atau bahkan mencapai kontak sesaat dengan bagian dalam helm dekat dengan bagian kepala.
6. Faceshield Penetration Test
Pada tahap uji berikut ini, helm akan diuji seberapa kuat bagian pelindung wajah helm ini mampu menahan peluru yang ditembakkan oleh "air gun". hal ini dimaksudkan untuk menguji apakah pelindung muka dari helm mampu menahan serihan batu dan kerikil saat pembalap terjatuh tepat di bagian wajahnya.
Test ini berlaku untuk helm balap full face, seperti halnya untuk helm balap gokart dan tentunya Moto GP. Dengan kecepatan peluru sekitar 500 kph, helm yang berada didalam kotak akan ditembak tepat dibagian wajah, dengan perantara tiga buah lapis kaca didepannya.
Peluru tidak boleh menembus bagian depan atau pelindung wajah helm itu sendiri, dan jika ada "benjolan" ke bagian dalam pelindung muka, maka hal itu harus kurang dari 2,5 mm dalamnya.
Quote:7. Flame Resistance Test
Selanjutnya helm juga harus menjalani ujian lain dengan didinginkan pada suhu -10 derajat celcius dan langsung dipanaskan pada suhu 50 derajat celcius. Setelah itu, dilakukan uji ketahanan dengan menggunakan api propana sekitar 790 derajat celcius. Api paparkan pada bagian luar helm, trim, tali dagu dan pelindung wajah untuk beberapa detik tertentu, dan jika helm terbakar maka helm tersebut harus mampu memadamkan api dalam waktu yang ditentukan.
Selama seluruh proses tersebut, suhu lapisan dalam helm tidak boleh melebihi 70 derajat celcius. hal ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana keadaan helm saat berada dalam kondisi balapan. Inilah yang disebut dengan Flame Resistance Test.
KOTAK KOMENTAR
|