Wednesday 12 November 2014

[WOW] Bocah Berusia 13 Tahun Ini Jadi CEO di Perusahaan Patungan Intel




komentar | baca - tulis komentar

Usianya baru 13 tahun. Namun, Shubham Banerjee sudah meraih posisi chief executive officer (CEO). Patut dicatat, dia bukanlah pewaris bisnis. Posisi puncak itu ia raih lantaran keberhasilannya menciptakan printer braile, bernama Braigo Labs.



Sebelum menciptakan Braigo Labs, Banerjee sama sekali tidak tahu istilah braile. Kata 'braile' ia temukan saat ia tak sengaja membaca brosur penggalangan dana untuk tunanetra. Dan, ia bertanya-tanya bagaimana cara mereka membaca. Saat menanyakan hal itu ke ayahnya, dia disuruh googling.  

Pada berbagai situs, ia terkejut melihat tingginya biaya printer braile, yakni US$2.000. "Ketika saya tahu biaya printer braile, saya sangat terkejut," Banerjee menuturkan pada Business Insider. "Saya hanya ingin membantu tunanetra."

Dia lantas mempelajari seluk beluk braile, sistem tulisan taktil yang digunakan tuna netra. Setelah dirasa paham, dia coba aplikasikan idenya pada Lego Mindstorms EV3 (mainan lego robotis) miliknya. Sekadar informasi, Lego Mindstorms EV3 adalah mainan lego robotis yang bisa menciptakan objek 3 dimensi (3D).

Nah, Banerjee memodifikasi mainan legonya tersebut dengan beberapa perkakas yang ia dapat dari toko Home Depot. Ternyata, kreasinya berfungsi cukup baik. Karya Banjeree dapat pengakuan dari berbagai pihak, seperti The Tech Awards 2014, dan dia dapat undangan ke White House Faire, suatu penghargaan bagi mahasiswa-pengusaha-inovator.

Oiya, nama Braigo Labs sejatinya singkatan dari Braille dan Lego. Nah, sejak Braigo banyak diakui kalangan profesional, Banerjee yakin bahwa penemuannya bisa memecahkan masalah yang puluhan tahun ini melanda para tuna netra di seluruh dunia. Sebab, printer ciptaan Banerjee jauh lebih murah ketimbang yang sudah ada di pasaran.

Banerjee mengatakan printer ciptaannya dapat mengurangi harga printer braile di pasaran, kira-kira US$500. Menurut situs webnya, ada 285 juta orang tunanetra di seluruh dunia, dan 90 persen dari mereka tinggal di negara berkembang. Tentu, rencana Banerjee untuk "menjatuhkan" harga printer braile tidaklah mudah. Tapi setidaknya dia mau mencoba. 

"Saya ingin memberitahu (produsen, perusahaan besar) untuk berhenti mengambil keuntungan dari tunanetra," katanya.

Dipinang Intel

Terkesan dengan produk dan visinya, September lalu Banerjee mendapat tawaran dari Intel. Perusahaan chip itu mengatakan ingin berinvestasi di Braigo. Pekan lalu, investasi itu dibuat resmi di Intel Capital Global Summit, ketika Braigo Labs disebut-sebut sebagai salah satu dari 16 startups teknologi yang masuk daftar investasi Intel tahun ini.

Belum ada kepastian soal berapa dana yang disuntikkan Intel. Beberapa pihak menyebut jumlahnya hingga ratusan ribu dolar. Tapi yang jelas, investasi Intel itu telah mentahbiskan Banerjee sebagai pengusaha teknologi termuda pada perusahaan venture capital.

"Saya tidak pernah berpikir perusahaan besar akan berinvestasi di perusahaan saya. Itu cukup menakjubkan," kata Banerjee.

Dengan pendanaan Intel, Braigo Labs berencana untuk membangun prototipe baru yang lebih baik, menyerupai printer biasa, dan melemparkannya ke pasar pada tahun depan.

Meski demikian, Banerjee mengatakan tidak memiliki rencana untuk memperluas ke kategori produk lain pada saat ini. Tetapi printer Braille tampaknya hanya bagian dari mimpi besar yang ada dalam pikirannya.

"Saya ingin melakukan rekayasa di bidang medis ketika saya tumbuh dewasa," katanya. "Dan saya ingin menyelesaikan kuliah."



Sumber : Owunik . blogspot . com - yang unik, emang asyik :)


KOTAK KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT

INFormasi... Gak Basii...

infosihh.blogspot.com

Mobile | Lintas.me
sansanichsan71@gmail.com
Back to Top
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...