Tingkat
kejahatan, asusila, hingga korupsi terkait dengan kadar kesadaran moral
individu. Saat nurani mulai terkikis, maka seseorang cenderung mudah
melakukan tindakan di luar batas kemanusiaan.
Cukup
mengejutkan, penilaian moral dalam diri seseorang terkait dengan bagian
tertentu dalam otak. Dan, medan magnet bisa mengubahnya. Hal ini
berarti, tindakan sesuai moral bisa saja berbalik 180 derajat sehingga
justru melakukan hal-hal yang amoral. Bahayanya, bila cuci otak
menggunakan metode ini, Anda tahu hasilnya, kan?
Sekumpulan
ilmuwan telah membuktikannya lewat serangkain tes. Hasilnya, mereka
bisa mengubah penilaian moral kita hanya dengan mengganggu bagian
tertentu otak kita dengan medan magnet.
Patut
diketahui, bagian kanan temporo-parietal junction (TPJ) otak
menunjukkan aktifitas tinggi ketika kita melakukan penilaian moral
seperti mengevaluasi maksud orang lain. Hal ini mengindikasikan bahwa
bagian itu penting untuk membuat keputusan moral.
Nah,
tim dari MIT menunjukkan bahwa medan elektromaknetis yang ditempelkan
di kulit kepala melemahkan kemampuan kita untuk mengevaluasi maksud
orang lain, menyisahkan kita sedikit saja kemampuan untuk melakukan
penilaian moral.
Penelitian
itu mengandalkan non-invasive transcranial magnetic stimulation (TMS)
untuk mengganggu bagian kanan TPJ, menghalangi sesaat tembakan normal
neuron (sel saraf) di wilayah itu.
Uji coba
Pada
satu eksperimen, para peserta diberikan TMS selama hampir setengah jam
lalu diminta untuk menjawab soal-soal di mana mereka harus menilai aksi
orang-orang berdasarkan maksud mereka. Pada tes kedua, para subyek
dipukul dengan ledakan 500-milidetik TMS tepat saat mereka mulai
mengevaluasi masalah moral.
Pada
kedua kasus, para subyek kontrol mampu mengevaluasi bahaya dan
moralitas dari maksud orang-orang, sedangkan mereka yang diberikan TMS
membuat penilaian berdasarkan hasil semata.
Sebagai
contoh, satu pertanyaan umum dilontarkan apakah secara moral
diperbolehkan bagi seorang pria untuk mengijinkan pacarnya menyebrangi
jembatan yang dia tahu tidak aman walaupun pada akhirnya pacar dia
berhasil menyebrangi jembatan itu dengan selamat. Para subyek kontrol
mengetahui maksud untuk membahayakan secara moral tidak diperbolehkan,
tapi mereka yang diberikan TMS sebagian besar mendasarkan penilaian
mereka semata-mata hanya pada hasilnya; tak berbahaya, tak ada
pelanggaran.
Penelitian
itu tidak hanya menunjukkan bahwa moral kita tidak sepenuhnya tak bisa
terganggu, tapi juga memberikan penerangan tentang cara otak mengatur
dan membuat pembagian keputusan moral. Hal itu juga memperkuat sesuatu
yang kita semua tahu secara intuisif benar: mencari perbedaan antara
benar dan salah adalah sesuatu yang tidak gampang.
KOTAK KOMENTAR
|