Ketika Reid Hoffman mendirikan LinkedIn pada bulan Desember 2002, dia berusaha mematahkan sesuatu yang tabu. Dia mendirikan sebuah jejaring sosial yang membuat orang saling berbagi resume mereka dengan publik.
Pengguna LinkedIn sendiri cenderung mengarah kepada para kerah putih dan mereka yang berpendidikan tinggi. Pengguna situs ini hidup di seluruh dunia, dan banyak dari mereka semakin terikat dengan situs ini berkat adanya LinkedIn Influencer, LinkedIn Pulse, dan strategi konten lainnya.
Namun faktor terbesar untuk itu adalah uang. Penulis situs Digiday, John McDermott, mengungkapkan ada lebih dari 40 persen pengguna LinkedIn berpenghasilan lebih dari USD 100.000 (sekitar Rp 1,2 miliar) per tahun.
"Lebih tinggi dari 31 persen rata-rata untuk seluruh situs," ungkap McDermott, mengutip dari analisis perusahaan comScore.
Dengan memposisikan diri sebagai tempat untuk jaringan pekerja kerah putih, LinkedIn memiliki hampir 80 juta unique visitor per bulan. Strategi konten yang dibuat oleh situs ini juga dapat membantu mengubah para pengguna menjadi pembaca setia. Hal itu membuat jejaring sosial ini menjadi jauh lebih menarik bagi pengiklan.
Seperti dilansir businessinsider.com, pendapatan iklan LinkedIn pada kuartal ketiga telah meningkat 45 persen dari tahun lalu. Jadi, apakah Anda sudah mengiklankan diri Anda di LinkedIn?
KOTAK KOMENTAR
|