Indonesia kembali kehilangan salah satu seniman terbaiknya. Maestro dongeng yang tak akan pernah tergantikan sampai kapan pun: Pak Raden! Ya, sosok berkumis yang sering memenuhi layar kaca di era 80-90-an ini kini telah tiada. Beliau dipanggil Yang Maha Kuasa kemarin malam (30/10) akibat infeksi yang menggerogoti paru-paru kanannya. Ia akhirnya menghembuskan napas terakhirnya setelah berjuang melawan penyakit selama bertahun-tahun.
Pak Raden yang memiliki nama asli Drs. Suyadi ini selama beberapa tahun hanya mampu bergerak dengan kursi roda. Kakinya sakit dan tidak bisa digunakan untuk berjalan. Setiap hari ia harus dibantu oleh asistennya untuk melakukan banyak hal. Meski demikian, semangatnya tetap berkobar meski usianya tak lagi muda. Ia meninggalkan kita untuk selamanya saat usianya mencapai 82 tahun.
Saat ini jenazah Pak Raden yang merupakan karakter antagonis dalam serial Unyil masih disemayamkan di Rumah Sakit Pelni, Petamburan, Jakarta Barat. Dengan hati yang penuh duka mari sejenak mengenang beliau. Mengingat kehebatan beliau yang sangat besar untuk negeri ini. Untuk Indonesia yang hebat di masa depan.
Perjuangan Untuk Anak-anak Indonesia
Perjuangan Pak Raden bagi Indonesia sangatlah besar. Ia adalah seorang maestro dongeng. Bercerita kepada anak-anak adalah hal paling membahagiakan. Sudah puluhan buku dongeng yang ia buat untuk hiburan anak yang mendidik. Selain lihai dalam mendongeng, Pak Raden juga pandai menggambar. Ia sering membuat buku komik sendiri dengan tokoh-tokoh lokal Indonesia.Bakat menggambar dan berdongeng dari Pak Raden telah ada saat ia lahir. Seiring berkembangnya waktu hingga berkuliah di jurusan Seni Rupa ITB, bakat Pak Raden kian cemerlang. Konsep-konsepnya selalu brilian hingga terus dikenang sampai sekarang. Salah satunya adalah boneka tangan Unyil yang melegenda sampai sekarang. Unyil pertama kali hadir di awal tahun 90-an. Pak Raden membuat boneka ini untuk menghibur dan mendidik anak di seluruh Indonesia. Karakter Unyil sempat padam namun dihidupkan lagi oleh stasiun TV swasta. Saat ini generasi 2000-an ke atas jadi bisa menyaksikan keunikan unyil meski tak semua menyukainya. Gadget yang kian canggih membuat anak mencari sesuatu yang dianggap lebih menarik. Di usianya yang telah senja, Pak Raden tetap aktif menjalankan misinya. Ia tetap menggambar, membuat cerita dengan banyak keterbatasan. Baginya, hidup akan berharga jika banyak anak menyukai ceritanya. Lalu berkembang menjadi generasi yang baik, dan berkarakter kuat!
Pak Raden yang Terlupa Meski Banyak Berjasa
Jasa Pak Raden tidak dapat ditakar dengan apa pun di dunia ini. Keinginannya mendidik anak jadi individu yang bermartabat benar-benar layak menjulukinya seorang guru bangsa. Namun Pak Raden adalah sosok terlupa. Ia tak lagi dikenal setelah kehebatannya tergeser tayangan televisi yang lain. Hidup Pak Raden lambat laun jadi menderita karena ia juga mulai sakit-sakitan di usianya yang telah renta.Semasa hidup, Pak Raden memilih membujang. Hidupnya hanya ia dedikasikan untuk dunia anak. Dongeng, gambar, boneka, bahkan wayang ia geluti. Bahkan karakter Pak Raden selalu melekat dan menjadi ciri khasnya. Pernah suatu ketika Pak Raden ingin menjual lukisannya pada Jokowi. Ia mengatakan jika lukisannya terjual, maka uang akan digunakan untuk berobat. Untuk biaya hidup yang terus menghimpitnya. Bahkan rumah yang ditempat ole Pak Raden sejatinya milik saudaranya. Ia hanya menumpang untuk tinggal hingga akhirnya berpulang. Sehari sebelum meninggal, Pak Raden mendapatkan penghargaan dari stasiun TV Swasta. Hadiahnya tak main-main: rumah! Ya, sesuatu yang ia inginkan sejak lama. Dan saat Pak Raden bisa bahagia, ia pun berpulang.
Selamat jalan Pak Raden, master dongeng Indonesia! Semoga kau mendapatkan jalan yang mudah dan kebahagiaan di alam keabadian! Kami akan selalu mengingat semua jasa yang engkau berikan pada kami hingga kita semua jadi generasi yang bahagia. Dengan dongeng dan ceritamu yang memukau!
KOTAK KOMENTAR
|
No comments:
Post a Comment