Dalam berita-berita Nasional telah kita lihat dan dengar sendiri di mana berita tersebut mengangkat berita mengenai Habib Rizieq memplesetkan kata ” Sampurasun ” milik budaya orang sunda menjadi ” Campuracun ” yang menuai konflik kepanjangan antara Budayawan Sunda dengan Tokoh Agama Islam KPI, Kita tidak tahu masalah dan niat apa sebenarnya yang tersembunyi di balik perkataan Habib Rizieq yang melakukan peleseta kata salam dari bahasa Sunda tersebut.
Dalam beberapa bantahan mengenai permasalahan tersebut saya menilai bahwa ada benturan antara Budaya dan Agama di sini, Seperti yang sudah saya tuliskan di tulisan yang lalu yang berjudul Ketika Agama dan Budaya Dibenturkan Maka akan timbul perdebatan yang sangat panjang bahkan akan mengarah pada kata Bid’ah di mana sama-sama akan merasa paling benar tanpa memperhatikan nilai-nilai Toleransi yang di kembang dalam kehidupan masyarakat.
Di sini yang akan saya tulis bukan mengenai kasus plesetan tersebut, Tetapi mengenai perbedaan pemahaman dalam masyarakat yang sering sekali membenturkan Budaya yang sudah di bawah sejak lahir oleh suatu daerah tertentu dengan Agama Islam yang sering sekali menumbuhkan rasa kebencian antara kelompok masyarakat tertentu.
Ketika pemahaman akan Budaya dan Agama di selaraskan akan timbul keindahan dalam kehidupan yang terbalut dengan Aroma tenggang rasa yang indah di dalam kehidupan berkelompok, Di dalam kisah perjalanan penyebaran Ajaran Agama Islam di Indonesia para Wali Songo juga tidak serta merta membenci dan melarang kebudayaan rakyat dahulu yang mayoritas pada saat itu masyarakat menganut ajaran Hindu.
Bahkan para Wali Songo dengan menggunakan budaya yang ada di masyarakat setempat untuk menyebarkan Agama Islam yang konon katanya Para Wali Songo menggunakan Budaya Wayang, Gendingan bahkan aduan ayam dengan tujuan mengajak masyarakat untuk berkumpul agar Penyebaran Agama Islam tepat sasaran.
Dalam kehidupan bermasyarakat banyak sekali di daerah masing-masing masih mempercayai akan budaya yang sudah timbul dan dilestarikan oleh nenek moyang dari generasi ke generasi, Dan banyak pula orang-orang yang kurang pemahaman dalam budaya tersebut menghakimi kalau budaya tertentu mengarah kepada kemusyrikan tanpa mau ikut andil di dalamnya agar mengerti seperti apa budaya yang mereka lakukan.
Banyak sekali Aliran Islam yang menyebutkan bahwa Aliranya Islam Modern terkadang para pengikutnya langsung menVonis kalau Ziarah ke makam bentuk dari syirik kepada Allah SWT, Tetapi banyak pula orang-orang yang melestarikan budaya dengan cara Berziarah ke makam Wali Songo dengan tujuan sangat baik seperti : Kita mendo’akan Para Wali, Melakukan Dzikir, Melihat jejak-jejak para penyebar Agama Islam dan yang utama kita pergi ke makam seseorang dengan tujuan mengingatkan kita bahwa kita akan mengalami hal yang sama seperti mereka yaitu kematian, Dengan mengingat akan kematian kita akan selalu melakukan Ibadah dengan sungguh-sungguh karena kematian akan selalu mengintai kita di setiap detik hembusan nafas kita.
Kadang kala para penghukum budaya juga tidak menyadari bahwa perilakunya menyimpang dari ajaran Agama Islam seperti Berobat ke Dokter, Minum Obat di saat sakit Dll, Sehinggah mereka dengan bangganya mengatakan “Dokter si A ini telah menyembuhkan Sakit saya” Mereka lupa siapa maha penyembuhnya dan Dokter hanyalah utusan yang di utus oleh Allah SWT untuk kepanjangan tanganya menyembuhkan Orang-orang yang sakit.
Di sisi lain budaya sering di benturkan dengan Agama karena mengandung unsur ritual yang menyimpang, Mereka lupa akan bentuk ikhtiar mereka pergi ke dokter juga merupakan Ritual yang di lakukan untuk mempercayai sesuatu hal bisa mengobati penyakitnya. Saya rasa para orang-orang yang suka mempersoalkan Budaya dengan membandingkan Agama mereka adalah Ahli Agama yang kurang dalam pemahaman Agama.
Masih banyak Pondok Pesantren di Indonesia ini yang masih melestarikan Budaya seperti Rebana,Wayang dan benda-benda pusaka yang terkadang menjadi Ikon suatu Pondok Pesantren tertentu, Bahkan di beberapa Pondok yang membangun merawat makam dari sang pendiri dan penerus Pondok Pesantren tersebut serta mewajibkan Santri-santri nya untuk berziarah ke makam tersebut di hari-hari tertentu.
Dengan penjelasan opini saya di atas mudah-mudahan tidak ada lagi perbedaan antara Budaya dan Agama yang sudah berbaur dengan kehidupan bermasyarakat kita, Tidak ada lagi perselisihan hanya karena saling benar akan apa yang di anut nya karena hal tersebut mampu menyeret kita dalam Bid’ah. Tidak ada kebenaran tanpa Dasar Al-Qur’an dan Hadist dan tidak kebenaran yang abadi pada diri manusia, Kebenaran hanya milik Allah SWT.
Manusia tidak berhak mengatakan Budaya ini salah dan Agama ini Salah, Karena yang mengetahui benar dan salah adalah hanya Allah SWT semata, Nabi Muhammad menyebarkan Agama dengan cinta dan kasih sayang bukan dengan menciptakan permusuhan, Nabi Muhammad hanya berperang di saat Orang-orang yang membencinya mengajak berperang.
Wallahu ‘Alam Bissowab
Sumber :
KOTAK KOMENTAR
|
No comments:
Post a Comment