Bisa dikatakan penggunaan tissue dalam kehidupan sehari-hari memang terhitung praktis. Tapi pernahkah terlintas di pikiran kita bagaimana asal muasal tissue sampai bisa digunakan oleh kita sehari-hari?
Tissue
mulai dibuat sekitar tahun 1880-an dari bahan baku kulit kayu yang
dijadikan pulp (bubur kertas). Sampai sekarang pun bahan baku dalam
pembuatan tissue masih menggunakan kayu. Kayu yang didapat pastinya
dari hasil penebangan pohon- pohon di hutan. Biasanya tissue di
Indonesia menggunakan bahan baku dari pohon
manafoods.blogspot.com
Sadarkah kita bahwa penggunaan tissue yang berlebihan ikut mendukung
kerusakan hutan? Misalnya, dalam 1 pack terdapat 20 lembar tissue. Dan,
ternyata dari 1 pohon berumur 6 tahun hanya bisa menghasilkan 2 pack
tissue saja, atau 40 lembar.
Sementara, satu pohon itu bisa
menghasilkan oksigen untuk menghidupi 3 orang. Bayangkan berapa jumlah
orang disekitar Anda yang menggunakan tissue setiap harinya. Pasti
sangat banyak. Sampai saat ini pun Indonesia sudah kehilangan sekitar
72% hutan aslinya, dan semakin hari kerusakan hutan masih tetap
berlanjut.
Penggunaan tissue dapat kita minimalisir dengan
beralih menggunakan sapu tangan atau handuk. Memang penggunaannya tidak
sepraktis memakai tissue yang sekali pakai bisa langsung di buang, sapu
tangan harus dicuci agar dapat digunakan kembali. Tapi lihat saja
manfaat penggunaan sapu tangan selain mengurangi kerusakan hutan, kita
juga membantu mengurangi penumpukan sampah. Jika dilihat dari segi
produksinya, menghemat penggunaan tissue dapat mengurangi pemborosan
energi dan air saat proses produksi.
Belum lagi dampak negatif
lainnya dari segi kesehatan. Contoh, kita kerap menggunakan tissue untuk
mengambil atau membungkus makanan, misalnya gorengan, untuk menghindari
tangan kotor atau menyerap minyak yang berlebihan pada makanan
tersebut. Padahal, zat kimia yang terkandung dalam kertas tissue dapat
bermigrasi ke makanan. Seperti pernah dikemukakan Sapto Nugroho Hadi,
Departemen Biokimia IPB.
Zat yang disebut pemutih - klor - memang
ditambahkan dalam pembuatan kertas tissue agar terlihat lebih putih dan
bersih. Zat ini bersifat karsinogenetik (pemicu kanker).
Hal
yang sama juga terjadi pada kertas yang lain, entah kertas koran atau
majalah, yang sering dipakai untuk membungkus makanan. Kertas-kertas ini
mengandung timbal (Pb) yang bisa berpindah kemakanan karena panas
makanan.Timbal yang masuk ketubuh akan meracuni tubuh dan menyebabkan
beragam gangguan, dari kondisi pucat sampai lumpuh.
KOTAK KOMENTAR
|