Empat orang pelaku tewas dalam peristiwa
teror di kawasan Sarinah Jl MH Thamrin Jakarta Pusat Kamis lalu.
Mereka meregang nyawa lantaran meledakkan diri dan baku tembak dengan
petugas keamanan. Selain mereka, ada juga tiga warga sipil yang ikut
menjadi korban.
Ikhwanul Kiram Mashuri yang merupakan
redaktur khusus harian umum Republika, secara khusus menyoroti latar
belakang profesi keempat pelaku teror ini, “Bukan berarti saya sedang
merendahkan profesi atau pekerjaan mereka. Saya hanya ingin menyampaikan
bahwa strata mereka secara sosial-ekonomi masih tergolong kelas
menengah bawah atau bahkan rendah-baik ekonomi, intelektual atau
pemahaman agama sekalipun.”
Muhammad Ali
Laki-laki ini meninggal dalam
penyergapan polisi Kamis siang itu. Sang istri menyatakan, suaminya
telah berprofesi sebagai sopir angkot sejak satu tahun terakhir. Ali
mengendarai angkot KWK 14 jurusan Citraland, Jakarta Barat. Ia dan
keluarganya menetap di Kampung Sanggrahan, Meruya Utara, Kembangan,
Jakarta Barat.
Dian Juni Kurniadi
Selama dua tahun hingga September 2015,
Dian tercatat sebagai mekanik di sebuah perusahaan swasta yang bergerak
di bidang peternakan ayam. Laki-laki yang tinggal di dekat kediaman
Muhammad Ali ini, berdasarkan keterangan manajer unit perusahaan
tersebut, memutuskan untuk keluar dari perusahaan karena ingin
mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Namun, tidak ada yang tahu
pekerjaan Dian dari September 2015 hingga ia melakukan perbuatannya di
medio Januari 2016.
Ahmad Muhazan bin Saroni
Pemuda 25 tahun ini berasal dari
Sukabumi. Lima tahun silam, laki-laki ini merintis usaha vulkanisir ban
di kawasan Jakarta. Setelah menikah pada tahun 2012, ia memutuskan untuk
mengubah haluan usahanya. Berjualan kebab turki pun dipilih oleh
laki-laki ini. Dia berjualan di Cikampek, Jawa Barat.
Afif atau Sunakim
Bisa dibilang, laki-laki ini paling
dikenal wajahnya. Sosoknya berhasil dipotret oleh fotografer dan menjadi
viral di media sosial. Laki-laki yang mengenakan pakaian bermerek ini
tinggal di Subang, dan berprofesi sebagai residivis.
Rupanya, Afif juga pernah ditangkap oleh
polisi saat melakukan latihan militer di Aceh. Dia dinyatakan bersalah
dan dijatuhi hukuman penjara selama tujuh tahun.
Lagi-lagi, dengan tanpa merendahkan
pekerjaan keempat orang ini, kita patut bertanya dalam-dalam. Mungkinkah
seorang sopir angkot, pedagang kelas rendah, residivis dan mantan
karyawan swasta itu benar-benar ingin mendirikan negara Islam? Jika pun
‘Ya’, apakah pemahaman mereka tentang negara Islam benar adanya?
Semoga Allah Ta’ala jauhkan kaum Muslimin dari fitnah bernama teroris ini. Sebab Islam sangat membenci tindakan teror.
Sumber :
KOTAK KOMENTAR
|
No comments:
Post a Comment