Bikin Seminar "Cara Kaya", Miliuner AS Dituntut US$40 Juta - Jaksa Agung menilai seminar Trump tidak membuahkan hasil -
Bikin Seminar "Cara Kaya", Miliuner AS Dituntut US$40 Juta - Jaksa Agung menilai seminar Trump tidak membuahkan hasil
Jaksa Agung New York menuntut salah satu miliuner dunia, Donald Trump, sebesar US$40 juta. Pengusaha real estate ini diduga menipu dengan mendirikan "Trump University" yang menjanjikan siswanya menjadi pengusaha sukses.
Padahal, upaya itu diduga hanya kedok untuk menyelenggarakan seminar berbiaya mahal, namun tanpa hasil.
Dikutip dari USAToday, Jaksa Agung New York, Eric Schneiderman, menyatakan sekitar 5 ribu siswa membayar US$35 ribu utuk bertemu Trump. Namun, apa yang mereka dapatkan hanya berfoto di poster seukuran bintang televisi "The Apprentice" ini.
Gugatan Schneiderman mencakup keluhan para siswa dari 2005-2011. Siswa membayar US$1.495-US$35 ribu per orang untuk belajar "Art of The Deal" "How to Get Rich" dan "Think Like a Billionaire" yang ditulis oleh Donald Trump. Seminar tiga hari tersebut tidak mengajarkan siswa seluk beluk properti.
"Dengan menggunakan nama Donald Trump dan berbagai nama selebriti lainnya, Trump mengambil keuntungan dari para konsumen dengan berbagai program yang sangat mengganggu finansial," kata Schneiderman.
Menanggapi hal tersebut, Donald Trump melalui pengacaranya, Michael D. Cohen, menyatakan tuntutan hukum ini salah sasaran dan sangat politis. Mengingat, Trump berniat untuk maju sebagai calon presiden Amerika Serikat selanjutnya.
Trump menilai, gugatan jaksa New York penuh dengan kebohongan dan hanya untuk memeras sumbangan kampanye dari salah satu orang terkaya Amerika Serikat ini. Cohen menyatakan, Trump dan universitasnya tidak pernah menipu orang.
Hingga saat ini, Trump University telah mendapatkan 11 ribu testimonial dan 98 persen siswa yang ikut program tersebut mendapatkan hasil "excellent".
"Jaksa Agung merasa marah karena Trump dengan berbagai perusahaannya telah mendapatkan uang besar untuk dana kampanye. Investigasi ini sangat bermuatan politis dan sangat membuang-buang uang pajak masyarakat," katanya.
Alasan pemerasan yang dilontarkan kubu Trump masuk akal. Catatan Komisi Pemilihan Umum AS menunjukkan, Trump telah menggelontorkan dana US$136 ribu untuk kampanye di New York sejak 2010. Ia juga menyumbang US$12.500 untuk Schneiderman saat ia mencalonkan diri menjadi Jaksa Agung New York.
"Donald Trump tidak akan diam saja diperas oleh berbagai pihak, termasuk Jaksa Agung," katanya.
Schneiderman menolak tuduhan tersebut. Menurut dia, banyak siswa yang tidak bisa mempraktikkan ilmu properti yang diajarkan para instruktur pilihan Trump. Padahal, para siswa telah meminjam uang untuk mengikuti seminar tersebut.
Dikutip dari USAToday, Jaksa Agung New York, Eric Schneiderman, menyatakan sekitar 5 ribu siswa membayar US$35 ribu utuk bertemu Trump. Namun, apa yang mereka dapatkan hanya berfoto di poster seukuran bintang televisi "The Apprentice" ini.
Gugatan Schneiderman mencakup keluhan para siswa dari 2005-2011. Siswa membayar US$1.495-US$35 ribu per orang untuk belajar "Art of The Deal" "How to Get Rich" dan "Think Like a Billionaire" yang ditulis oleh Donald Trump. Seminar tiga hari tersebut tidak mengajarkan siswa seluk beluk properti.
"Dengan menggunakan nama Donald Trump dan berbagai nama selebriti lainnya, Trump mengambil keuntungan dari para konsumen dengan berbagai program yang sangat mengganggu finansial," kata Schneiderman.
Menanggapi hal tersebut, Donald Trump melalui pengacaranya, Michael D. Cohen, menyatakan tuntutan hukum ini salah sasaran dan sangat politis. Mengingat, Trump berniat untuk maju sebagai calon presiden Amerika Serikat selanjutnya.
Trump menilai, gugatan jaksa New York penuh dengan kebohongan dan hanya untuk memeras sumbangan kampanye dari salah satu orang terkaya Amerika Serikat ini. Cohen menyatakan, Trump dan universitasnya tidak pernah menipu orang.
Hingga saat ini, Trump University telah mendapatkan 11 ribu testimonial dan 98 persen siswa yang ikut program tersebut mendapatkan hasil "excellent".
"Jaksa Agung merasa marah karena Trump dengan berbagai perusahaannya telah mendapatkan uang besar untuk dana kampanye. Investigasi ini sangat bermuatan politis dan sangat membuang-buang uang pajak masyarakat," katanya.
Alasan pemerasan yang dilontarkan kubu Trump masuk akal. Catatan Komisi Pemilihan Umum AS menunjukkan, Trump telah menggelontorkan dana US$136 ribu untuk kampanye di New York sejak 2010. Ia juga menyumbang US$12.500 untuk Schneiderman saat ia mencalonkan diri menjadi Jaksa Agung New York.
"Donald Trump tidak akan diam saja diperas oleh berbagai pihak, termasuk Jaksa Agung," katanya.
Schneiderman menolak tuduhan tersebut. Menurut dia, banyak siswa yang tidak bisa mempraktikkan ilmu properti yang diajarkan para instruktur pilihan Trump. Padahal, para siswa telah meminjam uang untuk mengikuti seminar tersebut.
Untuk itu, Trump akan
menghadapi tuntutan tindakan penipuan dan melanggar perlindungan
konsumen. Trump dituntut US$40 juta untuk mengganti rugi kepada para
siswa.
Departemen Pendidikan AS telah meminta Trump untuk mengganti nama perusahaan "Trump University", karena tidak mempunyai lisensi dan tidak sesuai dengan nama universitas. Pada 2011, Trump mengubahnya menjadi Trump Entrepreneur Institute. (art)
Departemen Pendidikan AS telah meminta Trump untuk mengganti nama perusahaan "Trump University", karena tidak mempunyai lisensi dan tidak sesuai dengan nama universitas. Pada 2011, Trump mengubahnya menjadi Trump Entrepreneur Institute. (art)