Sungguh malang, bocah ini seharusnya dibawa ke dokter gigi untuk mengobati beberapa giginya yang bolong. Namun prosedur pengobatan sederhana itu justru membuat otaknya mengalami kerusakan parah dan menyebabkan jantungnya terhenti.
Hal ini dikemukakan pengacara keluarga Boyle, L. Richard Fried, Jr. dalam gugatan mereka kepada Dr Lilly Geyer dan Island Dentist, klinik dimana Finley menjalani prosedur gigi.
Baru kali ini Finley Boyle datang ke dokter gigi. Saat itu sang ibu mengajaknya memeriksakan gigi ke Island Dentistry. Dokter mengatakan Finley punya 10 gigi yang berlubang, bahkan empat di antaranya harus ditangani dengan prosedur root canal. Ini adalah prosedur pengangkatan pulpa gigi yang terinfeksi, terluka ataupun mati.
Sesaat setelah dokter menyuntikkan beberapa campuran obat bius dan membuat Finley mati rasa ketika menjalani root canal, mendadak jantung bocah tiga tahun ini terhenti (cardiac arrest).
Menghadapi kondisi semacam itu, dokter yang menanganinya malah tak tahu bagaimana menyadarkan Finley kembali. Menurut Fried, sang dokter langsung berlari keluar ruang praktik dan mencari dokter anak yang dapat melakukan CPR pada Finley.
"Ia tak berupaya melakukan sesuatu, dan tidak tahu bagaimana cara melakukannya untuk alasan yang tak jelas. Tentu saja ini mengerikan, Padahal setahu Fried, Geyer mengklaim telah terlatih dalam memberikan penanganan lanjutan pada pasien anak.
Namun karena kurangnya oksigen, otak Finley terlanjur rusak parah dan ia pun berada dalam vegetative state (ketiadaan fungsi kognitif). Fried menambahkan Finley memang bisa bernapas dengan sendirinya, akan tetapi ia butuh selang untuk makan dan bertahan hidup.
KOTAK KOMENTAR
|
|
