Posisi ponsel pintar dalam kehidupan masyarakat modern sudah sejajar
dengan kebutuhan primer manusia, yakni sandang, pangan dan papan, bahkan
mungkin lebih. Sebab konon penggunaan ponsel pintar sanggup 'mengubah'
bentuk dan fungsi otak manusia.
Peneliti memperoleh kesimpulan ini setelah mengikuti keseharian 37 sukarelawan selama 10 hari. 27 orang di antaranya menggunakan ponsel layar sentuh, sedangkan 11 orang sisanya memakai ponsel jadul dengan keypad. Selain itu, otak partisipan ketika memakai ponsel discan oleh peneliti.
Dari situ ketahuan bila pengguna ponsel layar sentuh mengalami perubahan bentuk dan fungsi pada salah satu bagian otaknya, yakni somatosensory cortex.
"Sebab untuk mengoperasikan ponsel biasa dengan keypad, kita hanya membutuhkan gerakan tangan yang sederhana. Berbeda ketika kita memakai ponsel layar sentuh, pergerakan tangannya jauh lebih kompleks dan rumit," terang peneliti seperti dikutip dari Livescience, Kamis (25/12/2014).
Tak heran, ketika otak partisipan dipindai, bagian somatosensory cortex yang bertugas mengendalikan fungsi pada jari-jari tangan terlihat melakukan lebih banyak aktivitas, bahkan mempercepat reaksi dan sensitivitas yang dimiliki saraf-saraf di ujung jari.
"Dengan kata lain, bila jari-jarinya tersentuh begitu saja, walaupun tanpa disengaja, maka otak akan langsung memperlihatkan aktivitas yang lebih besar, karena jari-jari kita jadi makin sensitif," katanya lagi.
Ia kemudian membandingkan perubahan otak pada pengguna ponsel layar sentuh dengan otak musisi. Ternyata hasilnya juga tak jauh berbeda. Pada pemain biola, bagian otak mereka yang berkaitan dengan fungsi jari tangan juga terlihat lebih banyak beraktivitas ketimbang otak orang biasa.
Peneliti Dr Arko Ghosh yang juga ahli saraf dari University of Zurich mengatakan ini menunjukkan bahwa otak memiliki tingkat adaptasi yang sangat baik dengan lingkungannya. Namun di sisi lain, ia juga melihat bahwa perubahan ini dapat mengakibatkan gangguan kesehatan, seperti munculnya nyeri kronis atau gangguan motorik, salah satunya dystonia.
"Setahu kami fleksibilitas somatosensory cortex bisa berbuah pahit karena dapat memicu gangguan motorik, kejang dan nyeri, terutama bila ponsel digunakan secara berlebihan," tutup Dr Ghosh.
Dystonia merupakan gangguan motorik berupa muncul sensasi seperti kedutan yang muncul secara terus-menerus di bagian-bagian tubuh tertentu.
Peneliti memperoleh kesimpulan ini setelah mengikuti keseharian 37 sukarelawan selama 10 hari. 27 orang di antaranya menggunakan ponsel layar sentuh, sedangkan 11 orang sisanya memakai ponsel jadul dengan keypad. Selain itu, otak partisipan ketika memakai ponsel discan oleh peneliti.
Dari situ ketahuan bila pengguna ponsel layar sentuh mengalami perubahan bentuk dan fungsi pada salah satu bagian otaknya, yakni somatosensory cortex.
"Sebab untuk mengoperasikan ponsel biasa dengan keypad, kita hanya membutuhkan gerakan tangan yang sederhana. Berbeda ketika kita memakai ponsel layar sentuh, pergerakan tangannya jauh lebih kompleks dan rumit," terang peneliti seperti dikutip dari Livescience, Kamis (25/12/2014).
Tak heran, ketika otak partisipan dipindai, bagian somatosensory cortex yang bertugas mengendalikan fungsi pada jari-jari tangan terlihat melakukan lebih banyak aktivitas, bahkan mempercepat reaksi dan sensitivitas yang dimiliki saraf-saraf di ujung jari.
"Dengan kata lain, bila jari-jarinya tersentuh begitu saja, walaupun tanpa disengaja, maka otak akan langsung memperlihatkan aktivitas yang lebih besar, karena jari-jari kita jadi makin sensitif," katanya lagi.
Ia kemudian membandingkan perubahan otak pada pengguna ponsel layar sentuh dengan otak musisi. Ternyata hasilnya juga tak jauh berbeda. Pada pemain biola, bagian otak mereka yang berkaitan dengan fungsi jari tangan juga terlihat lebih banyak beraktivitas ketimbang otak orang biasa.
Peneliti Dr Arko Ghosh yang juga ahli saraf dari University of Zurich mengatakan ini menunjukkan bahwa otak memiliki tingkat adaptasi yang sangat baik dengan lingkungannya. Namun di sisi lain, ia juga melihat bahwa perubahan ini dapat mengakibatkan gangguan kesehatan, seperti munculnya nyeri kronis atau gangguan motorik, salah satunya dystonia.
"Setahu kami fleksibilitas somatosensory cortex bisa berbuah pahit karena dapat memicu gangguan motorik, kejang dan nyeri, terutama bila ponsel digunakan secara berlebihan," tutup Dr Ghosh.
Dystonia merupakan gangguan motorik berupa muncul sensasi seperti kedutan yang muncul secara terus-menerus di bagian-bagian tubuh tertentu.
KOTAK KOMENTAR
|