[WOW] Pengusaha ini Sumbangkan Karya Seni Senilai Rp 260 Miliar -
Seorang pengembang properti di Melbourne, Michael Buxton telah menyumbangkan karya seni senilai $ 26 juta (setara dengan Rp 260 miliar) kepada sebuah museum seni kontemporer. Ini merupakan salah satu sumbangan terbesar dalam sejarah seni Australia.
Buxton menyerahkan lebih dari 300 lukisan oleh 53 artis termasuk nama-nama terkenal di Australia seperti Howard Arkley, Ricky Swallow, Tracey Moffatt dan Bill Henson.
Seluruh karya seni ini akan ditampilkan di Pusat Michael Buxton yang baru dibangun di kampus Jurusan Seni Kontemporer Universitas Melbourne di kawasan Southbank.
Sumbangan juga meliputi dana untuk membangun dan menjalankan museum itu selama 20 tahun.
Buxton mengatakan dia berharap untuk bisa memperpanjang umur berbagai koleksi seni tersebut.
"Mengapa saya menyumbangkan ke Universitas Melbourne? Karena mereka sudah berdiri selama 164 tahun, dan masih terus akan berlanjut. Mudah-mudahan mereka bisa terus menyimpan koleksi saya sepanjang keluarga saya masih ada," kata Buxton.
Buxton mengatakan bahwa koleksi yang dikumpulkannya ini sudah berusia 30 tahun.
"Lukisan pertama yang pertama saya beli adalah di tahun 1974, karya Jeffrey Smart berjudul Sunday in Rome," katanya.
Setelah itu, Buxton mengaku tidak bisa menambah koleksi untuk waktu yang lama karena tidak mampu membeli. "Waktu itu harganya sekitar $5000, harga yang mahal sekali," ucapnya.
Setelah memiliki sedikit kelebihan uang, Buxton mujlai membeli sejumlah lukisan. "Di tahun 1990, saya setengah pensiun, dan ikut sekolah melukis," katanya.
"Namun setelah setahun, saya merasa lebih cocok jadi kolektor dibandingkan pelukis. Jadi tahun 1995, saya memutuskan menjadi kolektor seni kontemporer," tambah Buxton.
Buxton berharap koleksi lukisannya akan meningkatkan penghargaan akan seni kontemporer Australia.
Beberapa lukisan itu ada di kantornya, di rumah anak-anaknya, dan sebuah koleksi besar di tempat yang ia sebut pabrik seni.
"Jadi baguslah sekarang koleksi ini bisa dilihat oleh banyak orang. Kami selalu beranggapan bahwa seni harus dinikmati dan dikagumi bukan hanya disimpan saja," tutur Buxton lagi.