Berbagai spekulasi tentang hilangnya pesawat AirAsia QZ8501 terus bermunculan. Sebagian pihak mengatakan cuaca buruk sebagai penyebabnya.
Dalam laporan awal di situs resmi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) disebutkan, cuaca mungkin yang memicu kecelakaan setelah pesawat QZ8501 terbang memasuki awan badai.
"Berdasarkan data yang tersedia yang diterima pada lokasi kontak terakhir pesawat, cuaca adalah faktor pemicu di balik kecelakaan itu," tulisa laporan BMKG dikutip Sidney Morning Herald, Senin 5 Januari 2015.
Disebutkan pula dalam laporan itu, munculnya gambar satelit yang menunjukkan, suhu awan puncak minus 80 derajat Celcius hingga minus 85 derajat Celcius saat terjadi kecelakaan.
"Fenomena cuaca yang paling mungkin adalah icing yang dapat menyebabkan kerusakan mesin karena mengalami proses pendinginan. Ini hanya salah satu kemungkinan yang terjadi berdasarkan analisis data meteorologi yang ada."
Kendati demikian masih belum jelas mengapa pesawat lain pada rute yang sama tidak terpengaruh oleh cuaca. Analis lainnya mengatakan belum ada cukup informasi untuk menjelaskan penyebab bencana tersebut.
"Tidak relevan untuk membuat asumsi tentang penyebab kecelakaan itu karena kami belum menemukan kotak hitam," kata mantan komandan Angkatan Udara RI Chappy Hakim.
Saat ini tim penyelamat dari Badan SAR Nasional (Basarnas) terus berusaha memburu kotak hitam (black box) penerbangan yang berisi rekaman yang bisa menunjukkan penyebab kecelakaan.
Perkembangan terbaru, sudah ditemukan 34 jenazah korban, di mana 12 di antaranya berhasil diidentifikasi. Satu dari yang sudah diidentifikasi adalah pramugari AirAsia, Khairunisa Haidar Fauzi. Sementara, kru AirAsia lain, termasuk Kapten Pilot Irianto belum ditemukan. (Ism, Sumber: Sidney Morning Herald)
KOTAK KOMENTAR
|
|
