Bertobat Setelah Cicipi Dunia Malam -
Rully Prastio (43), adalah seseorang yang kini fokus menpelajari dan mendalami agama islam. Rully sering berangkat ke beberapa tempat untuk berdakwah, menyampaikan ajaran-ajaran Allah.
Tahun 1992 adalah titik awal perubahannya. Ia tak menyangka, hidupnya bisa berubah secara drastis seperti sekarang. Diskotik, minuman beralkohol bahkan ganja seklipun, merupakan teman setia dalam kehidupan ia sebelumnya.
Rully, sebelumnya tinggal dan bersekolah di Palembang pada tahun 1989. Ketika itu, ia adalah siswa yang gemar dan mempelajari tari kreasi. Rully pun mengaku, selama di Palembang dirinya pernah beberapa kali terlibat dalam perkelahian sesama siswa SMA, mabuk-mabukan dan sesekali mencicipi menghisap ganja.
“1989, ada sebuah kejadian yang membuat saya harus pindah ke Jakarta. Ketika itu orang tua saya sudah pindah duluan ke Jakarta, karena tugas kerjanya di pindah ke sana. Pada tahun 1989, saya masih kelas 3 SMA,” ungkap Rully. Dia saat itu terlibat dalam perkelahian dengan siswa SMA lain, dan itu masalahnya besar. Pada saat itu pula, dia memutuskan untuk berhijrah ke Jakarta, untuk pindah sekolah dan menyusul orangtuanya di sana.
Ia bercerita, tadinya ia ingin lebih baik lagi hidup di Jakarta, dan melupakan segala hal yang pernah ia lakukan di Palembang. Namun nasib tidak berpihak dengan apa yang ia inginkan. Lagi-lagi ia
pun terjebak dalam dunia tersebut. Perkelahian demi perkelahian ia
ikuti.
Sebenarnya ia tak ingin, namun apa daya ketika itu ia terpaksa untuk mengikuti perkelahian dengan sekolah lain. “Ketika itu ada tiga anak baru ditempat saya sekolah di Jakarta, salah satunya saya. Sebagai anak baru, kita sering banget dikerjain,” tutur Rully.
Dia dipaksa ikut tawuran, ikut mabuk, dan parahnya dia juga dipaksa untuk menghisap ganja pula. Ketika di Palembang, dirinya memang sudah minum dan menghisap ganja, namun tidak separah ketika dia bersekolah di Jakarta.
Pergi Ke Diskotik Bersama Sang Kakak
Ia mengatakan, titik perubahannya itu disebabkan oleh kakaknya bernama Arif Budiarjo. Biasanya, Rully dan Arif selalu pergi ke diskotik bersama, menikmati gemerlapnya malam disebuah ruangan yang bising dengan alunan musik disko.
Sebenarnya ia tak ingin, namun apa daya ketika itu ia terpaksa untuk mengikuti perkelahian dengan sekolah lain. “Ketika itu ada tiga anak baru ditempat saya sekolah di Jakarta, salah satunya saya. Sebagai anak baru, kita sering banget dikerjain,” tutur Rully.
Dia dipaksa ikut tawuran, ikut mabuk, dan parahnya dia juga dipaksa untuk menghisap ganja pula. Ketika di Palembang, dirinya memang sudah minum dan menghisap ganja, namun tidak separah ketika dia bersekolah di Jakarta.
Pergi Ke Diskotik Bersama Sang Kakak
Ia mengatakan, titik perubahannya itu disebabkan oleh kakaknya bernama Arif Budiarjo. Biasanya, Rully dan Arif selalu pergi ke diskotik bersama, menikmati gemerlapnya malam disebuah ruangan yang bising dengan alunan musik disko.
Selain itu, minuman beralkohol pun ia tenggak, untuk menjadikan suasana semakin terasa.
“Saya selalu berangkat ke diskotik barengan sama abang saya bernama Arif Budiarjo. Kita sering dugem bareng-bareng. Namun pada suatu ketika, tiba-tiba ia tidak mau pergi ke diskotik lagi. Dia malah rajin ke masjid, bahkan punya pacar pun ia putuskan,” papar Rully.
Hal itu tak membuat Rully berhenti untuk pergi ke Diskotik dan mabuk-mabukan. Ia bercerita, setiap kali ia pulang dari diskotik, kakaknya lah yang selalu membukakan pintu untuknya.
Setelah itu, kakaknya selalu membuatkannya segelas susu sebelum menggeletakannya di kasur.
“Selalu seperti itu setiap saya pulang dari diskotik. Saya merasa ia sangat anaeh. Ia pun selalu sholat tahajud dan menangis di sisi saya yang sedang tergeletak mabuk,” imbuhnya.
Kakaknya menangis tersendu-sendu. Setelah itu sang kakak pun pergi ke masjid ketika adzan subuh tiba. Ketika itu Rully menyangka dirinya ikut aliran sesat, karena perubahannya sangat drastis
Lantas Rully pun melaporkan hal tersebut kepada Ibu dan Ayahnya tentang hal itu. Kedua orang tuanya pun berpikir hal yang sama. Dan tak berselang lama, kakanya pun dibawa ke psikiater dan kepada pemuka agama. Dan ternyata hal itu nilih, kakaknya baik-baik saja.
“Saya selalu berangkat ke diskotik barengan sama abang saya bernama Arif Budiarjo. Kita sering dugem bareng-bareng. Namun pada suatu ketika, tiba-tiba ia tidak mau pergi ke diskotik lagi. Dia malah rajin ke masjid, bahkan punya pacar pun ia putuskan,” papar Rully.
Hal itu tak membuat Rully berhenti untuk pergi ke Diskotik dan mabuk-mabukan. Ia bercerita, setiap kali ia pulang dari diskotik, kakaknya lah yang selalu membukakan pintu untuknya.
Setelah itu, kakaknya selalu membuatkannya segelas susu sebelum menggeletakannya di kasur.
“Selalu seperti itu setiap saya pulang dari diskotik. Saya merasa ia sangat anaeh. Ia pun selalu sholat tahajud dan menangis di sisi saya yang sedang tergeletak mabuk,” imbuhnya.
Kakaknya menangis tersendu-sendu. Setelah itu sang kakak pun pergi ke masjid ketika adzan subuh tiba. Ketika itu Rully menyangka dirinya ikut aliran sesat, karena perubahannya sangat drastis
Lantas Rully pun melaporkan hal tersebut kepada Ibu dan Ayahnya tentang hal itu. Kedua orang tuanya pun berpikir hal yang sama. Dan tak berselang lama, kakanya pun dibawa ke psikiater dan kepada pemuka agama. Dan ternyata hal itu nilih, kakaknya baik-baik saja.
Ketika itu Rully selalu memperhatikan tingkah laku kakaknya. Ada
keteduhan yang ia rasakan ketika melihat kakaknya tersebut. Namun Rully
hanya memperhatikan saja, tanpa berusaha untuk mencoba mengiuti apa yang
dilakukan kakaknya.
“Dan pada waktu itu kakak saya kedatangan rombongan dari Pakistan. Ketika itu saya diajak untuk bertemu dengan rombongan tersebut. Saya pun ikut mereka dan mendengarkan ceramah-ceramah dari mereka. Saya ketika itu tidak nyaman, karena mungkin terjauh dari agama,” tukasnya.
Pada akhirnya Rully diajak untuk keluar melakukan ittikaf di sebuah mushola selama tiga hari. Awalnya ia menolak. Ada gejolak di dalam dirinya untuk pergi atau tidak.
Ia berkata, mendengar orang yang sedang mengaji pun ia rasanya ingin menendang. Namun kakaknya tetap menahan dia di sana. Hingga pada akhirnya, ia disuruh untuk melakukan sholat istihoroh. Dalam sholatnya ia mendengar sesuatu. “Keluar. Keluar. Keluar. Itu yang saya dengar dalam sholat saya. Saya merinding, dan itu yang membuat saya yakin untuk keluar ikut ittikaf,” tuturnya.
Hari pertama dan kedua, Rully tidak kuat dan muak. Dia merasa ingin menendang orang yang mengaji dan sholat. Namun, di hari ketiga dia ittikaf dan merasakan kenyamanan di dalam agama.
Rully akhirnya bisa merasakan keindahan berada dalam agama. Dan setelah itu banyak sekali hikmah yang ia rasakan ketika mendalami ilmu agama.
Ia mengatakan, diri manusia terbagi menjadi dua, yaitu jiwa dan raga. Jiwa ditiupkan oleh Allah ketika seorang manusia dikandung dalam perut seorang Ibu saat masih berusia empat bulan.
Sementara raga, tercipta dari tanah, sehingga keperluan antara jiwa dan raga pun berbeda.
“Ketika raga lapar dan haus, kita bisa makan dan minum. Sementara jiwa itu tidak bisa disamakan kebutuhannya. Jiwa pun perlu makan dan minum, bahkan mandi pun perlu,” ujar Rully.
Jiwa, lanjutnya, membutuhkan makanan dan minuman berupa apa-apa yang diturunkan dari langit, yaitu agama. Jiwa membutuhkan hal itu.Makanya, kenapa banyak yang sehat secara raga, namun pikiran dan hatinya terganggu, karena kebutuhan jiwanya tidak terpenuhi.
“Dan pada waktu itu kakak saya kedatangan rombongan dari Pakistan. Ketika itu saya diajak untuk bertemu dengan rombongan tersebut. Saya pun ikut mereka dan mendengarkan ceramah-ceramah dari mereka. Saya ketika itu tidak nyaman, karena mungkin terjauh dari agama,” tukasnya.
Pada akhirnya Rully diajak untuk keluar melakukan ittikaf di sebuah mushola selama tiga hari. Awalnya ia menolak. Ada gejolak di dalam dirinya untuk pergi atau tidak.
Ia berkata, mendengar orang yang sedang mengaji pun ia rasanya ingin menendang. Namun kakaknya tetap menahan dia di sana. Hingga pada akhirnya, ia disuruh untuk melakukan sholat istihoroh. Dalam sholatnya ia mendengar sesuatu. “Keluar. Keluar. Keluar. Itu yang saya dengar dalam sholat saya. Saya merinding, dan itu yang membuat saya yakin untuk keluar ikut ittikaf,” tuturnya.
Hari pertama dan kedua, Rully tidak kuat dan muak. Dia merasa ingin menendang orang yang mengaji dan sholat. Namun, di hari ketiga dia ittikaf dan merasakan kenyamanan di dalam agama.
Rully akhirnya bisa merasakan keindahan berada dalam agama. Dan setelah itu banyak sekali hikmah yang ia rasakan ketika mendalami ilmu agama.
Ia mengatakan, diri manusia terbagi menjadi dua, yaitu jiwa dan raga. Jiwa ditiupkan oleh Allah ketika seorang manusia dikandung dalam perut seorang Ibu saat masih berusia empat bulan.
Sementara raga, tercipta dari tanah, sehingga keperluan antara jiwa dan raga pun berbeda.
“Ketika raga lapar dan haus, kita bisa makan dan minum. Sementara jiwa itu tidak bisa disamakan kebutuhannya. Jiwa pun perlu makan dan minum, bahkan mandi pun perlu,” ujar Rully.
Jiwa, lanjutnya, membutuhkan makanan dan minuman berupa apa-apa yang diturunkan dari langit, yaitu agama. Jiwa membutuhkan hal itu.Makanya, kenapa banyak yang sehat secara raga, namun pikiran dan hatinya terganggu, karena kebutuhan jiwanya tidak terpenuhi.