Dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, disebutkan bahwa
Allah mengampuni setiap hambaNya kecuai dua golongan. Siapakah mereka?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ لَيَطَّلِعُ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ
“Sesungguhnya Allah memeriksa pada setiap malam nisfu Sya'ban. Lalu
Dia mengampuni seluruh makhluk-Nya, kecuali yang berbuat syirik atau
yang bertengkar dengan saudaranya. (HR Ibnu Majah)
Hadits ini dinilai shahih oleh Syaikh Nasiruddin Al Albani, yakni dalam
Silsilah Ash Shahihah dan Shahih Ibnu Majah. Dalam hadits ini disebutkan
keutamaan malam nisfu Sya’ban, yakni di malam itu Allah mengampuni
seluruh makhlukNya. Seluruh hambaNya. Namun, ampunan itu tidak berlaku
bagi dua orang.
Musyrikin
Orang pertama yang tidak mendapatkan ampunan Allah di saat hambaNya
diampuni adalah musyrikin. Dalam Silsilah Ash Shahihah dijelaskan bahwa
yang dimaksud dengan musyrikin dalam hadits ini adalah setiap orang yang
menyekutukan Allah baik dalam Dzatnya, SifatNya atau dalam beribadah
kepadaNya.
Penjelasan ini senada dengan firman Allah dalam surat An Nisa’ ayat 48 dan surat An Nisa’ ayat 116.
Musyaahin
Musyaahin bisa diterjemahkan dengan orang yang bertengkar dengan
saudaranya. Menurut Ibnu Atsir, musyaahin adalah orang yang bermusuhan
dengan sesama muslim. Sedangkan menurut Al Auza’i, musyaahin adalah ahli
bid’ah yang memisahkan diri dari jamaah kaum muslimin.
Meskipun ada perbedaan dalam mendefinisikan musyaahin, ia bermuara pada
satu golongan yang tidak bersatu di dalam jamaah kaum muslimin. Entah
karena bid’ah yang ia buat atau karena permusuhan/pertengkarannya kepada
sesama mukmin.
Di zaman sekarang, kita perlu mewaspadai agar diri kita tidak terperosok
ke dalamnya. Jangan sampai kita membuat-buat bid’ah sehingga terpisah
dari umat Islam yang diridhai Rasulullah dan janganlah kita bertengkar
dengan sesama muslim. Kita semua adalah bersaudara. [Tarbiyah]
KOTAK KOMENTAR
|