×

Tuesday, 16 June 2015

Sisi Lain Kuba





Sisi Lain Kuba - komentar
Forografer Lithunia Jovaisa mengambil foto panorama Kuba dari ketinggian.
Sementara hubungan Kuba dan Amerika Serikat mulai membaik, negara Karibia ini menjadi semakin mudah diakses.
Tapi di tahun 2010, saat Marius Jovaisa pertama kali mengunjungi pulau tersebut, suasananya masih cukup tegang. Ini menjadi tantangan tersendiri untuk sang fotografer udara tersebut, yang telah lama bergelut dalam memotret berbagai tempat-tempat indah dari atas, serta telah menerbitkan banyak buku dan mengikuti pameran internasional.
Jovaisa datang ke Kuba dengan rencana untuk memotret beraneka lanskap pulau itu dari langit, yang ternyata bukanlah hal yang mudah.
Setelah dua tahun memohon pada pemerintah Kuba, Jovaisa akhirnya diberi izin untuk memotret Kuba dari atas, dan ia pun menjadi fotografer pertama yang melakukannya.
Dia menghabiskan dua setengah tahun mengerjakan proyek tersebut, dan saat ini bukunya, "Unseen Cuba (Sisi Lain Kuba)" kini telah tersedia di pasaran. Foto-fotonya memberikan gambaran yang lengkap tentang Kuba dari udara, dan menunjukkan kepada kita betapa bervariasi dan indahnya tempat tersebut.
Marius Jovaisa telah lama berkarier di bidang fotografi udara. Ia telah memotret berbagai foto dengan format besar tempat-tempat seperti Cancun, Belize, Semenanjung Yucatan, dan negara asalnya Lithuania.
Provinsi Artemisa
Tapi mendapatkan akses agar bisa memotret Kuba dari atas merupakan proyeknya yang paling menantang sejauh ini.
Sancti Spiritus
Butuh waktu dua tahun bagi Jovaisa untuk mendapat persetujuan dari pemerintah Kuba untuk memotret negara tersebut dari udara.
Remedios, Villa Clara
"Saya kembali ke Kuba berkali-kali, mendatangi semua kemungkinan di kementerian, lembaga, yayasan, dan asosiasi seni. Saya menggelar seminar dan presentasi, juga sebuah pameran besar yang memamerkan foto-foto Lithuania karya saya di sebuah galeri Havana," katanya.
"Prosesnya sangat panjang, rumit, lambat, dan seringkali membuat frustrasi," kata Jovaisa. Ia mengakui bahwa ia seringkali ingin menyerah saat itu.
Havana
Setelah bertahun-tahun mengurus "dokumen dan birokrasi," kata Jovaisa, ia akhirnya mendapatkan dukungan dari Kementerian Kebudayaan Kuba.
Sancti Spiritus
"Sepertinya fakta bahwa saya berasal dari Lithuania yang merupakan bekas negara Uni Soviet, dan masih berbahasa Rusia namun tetap mempelajari bahasa Spanyol saat mengunjungi Kuba, dan karena saya sangat gigih, karena saya juga tidak pernah meminta bantuan keuangan sama sekali, dan karena saya telah menerbitkan dua buah buku foto udara terkenal, akhirnya meyakinkan pemerintah Kuba untuk memperbolehkan saya melakukan proyek ini," katanya.
Guardalavaca, Holguin
Tapi izin tersebut baru awal dari perjuangan yang sesungguhnya. Di negara lain, Jovaisa berkata bahwa ia cukup menyewa pesawat kecil untuk melakukan proyeknya. Di Kuba, ia tidak punya pilihan lain selain membeli pesawat baru.
Ia lalu memesannya dari Australia dan mengirimkannya melalui laut. Setelah tiba, ia masih harus menghabiskan banyak waktu mencari pilot dan mekanik yang dapat mengoperasikan pesawat tersebut.
Camaguey
Jovaisa menggunakan pesawat yang disebut "ultralight," yang memiliki dua kursi dan baling-baling tunggal. Ia selalu terbang bersama pilot, agar ia bisa fokus memotret.
Guantanamo
Setelah semua izin dan peralatannya siap, Jovaisa akhirnya bisa memulai proyeknya tersebut dengan sungguh-sungguh.
Villa Clara
Setelah dua tahun mengurus dokumen persiapan, Jovaisa menghabiskan dua setengah tahun lagi untuk memotret.
Santiago de Cuba
"Kami terbang dengan seksama di atas semua pulau, mulai dari sudut paling barat, Cabo San Antonio, menuju Punta Maisi di timur," katanya.
Holguin
Dalam memotret total lebih dari 50.000 foto, Jovaisa mengungkapkan bahwa ia mencoba memperoleh semua tampilan geografis utama, semua jenis lanskap dan pemandangan perkotaan."
Santiago de Cuba
Halangan birokrasi lain muncul ketika Jovaisa mencoba terbang di atas Havana, seperti yang tampak di bawah, serta beberapa kota besar lainnya. Awalnya, pemerintah tidak setuju.
Havana
"Tapi seiring berjalannya waktu, saya dapat meyakinkan pemerintah untuk mempertimbangkan kembali hal tersebut, hingga akhirnya saya diizinkan terbang kemana saja yang saya inginkan," katanya. Ketekunan Jovaisa pun terbayar lagi.
Havana
Jovaisa hanya terbang pada pagi atau sore hari, agar bisa memanfaatkan matahari yang masih rendah dan bayangan yang panjang.
Ciego de Avila
"Hal ini memang membutuhkan banyak waktu, tetapi memungkinkan Anda memotret momen yang sungguh ajaib," ia menjelaskan.
Sancti Spiritus
Meskipun ia berkata bahwa ia tak bisa memilih lokasi favoritnya, Jovaisa mengatakan bahwa pandangan Baracoa "sangat tertanam" dalam memorinya.
Baracoa, Guantanamo
Dan bahkan setelah semua kerumitan dan rasa frustrasi yang ia dapatkan, Jovaisa mengatakan bahwa "rakyat Kuba sangat tulus, ramah, hangat, dan tangguh karena kondisi hidup mereka yang sulit dan miskin."
Baracoa, Guantanamo
Jovaisa juga terkagum-kagum dengan fakta akan betapa indahnya Kuba yang sebenarnya. "Tempat ini memiliki berbagai pemandangan yang menakjubkan, baik alamnya maupun hasil buatan manusianya," katanya.
Sancti Spiritus
"Saya berharap orang-orang [yang menyaksikan karyanya] akan memandang Kuba sebagai sebuah keajaiban alam dan sejarah manusia, dan sebagai tempat yang benar-benar unik di dunia," katanya.
Ciego de Avila



Sumber :

infosihh.blogspot.co.id


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...