Ternyata Kulit Telur Bisa Usir Hama Tikus, jadi Pupuk, hingga Mengatasi Saluran Air Tersumbat -
Sukses
dalam dunia kerja dan dunia bisnis amat membutuhkan kecakapan, baik
dalam soal kecakapan berpikir (intellectual intelligence), kecakapan
sosial (social intelligence) dan juga kecakapan emosional (emotional
intelligence).
Namun kadang saya menemui sejumlah hal yang bisa membuat kita mengelus dada. Maksudnya kadang kita menjumpai perilaku yang tidak profesional dan sama sekali tidak mencerminkan kecerdasan emosional, sosial dan kecerdasan intelektual.
Berikut 3 hal yang kalau Anda melakukannya, bisa jadi akan membuat Anda tampak bodoh dan katrok.
3 hal berikut ini sejatinya hanyalah perilaku yang tampaknya sepele, dan karena itu sungguh misterius kenapa banyak orang melakukannya. Namun dari hal-hal sepele tapi misterius ini terkuak juga mentalitas seperti apa yang ada dibaliknya.
Mari coba kita bedah satu demi satu perilaku yang akan membuat pelakuknya jadi tampak goblok dan katrok.
Perilaku Katrok # 1 : Mengirim Email Tanpa Sopan Santun. Oke, perilaku yang ini mungkin lebih saya tujukan untuk anak-anak muda generasi digital yang masih kuliah atau yang baru lulus kuliah.
Berkali-kali saya menerima email dari anak-anak muda seperti mereka yang seperti tidak kenal etika bagaimana mengirim email yang baik. Dan ternyata, sejumlah rekan saya yang senior juga sering menjumpai hal yang sama : menerima email yang isinya katrok.
Pertama, email itu tidak pakai subject. Ini hal terbodoh pertama yang acap dilakukan orang ketika mengirim email. Pertanda orang yang malas, tidak teliti dan tidak paham kenapa dia harus mengirim email.
Kedua, banyak anak-anak muda sekarang mengirim email tanpa perkenalan dulu, siapa mereka dan langsung tanpa ba-bi-bu minta bantuan atau saran. Dan yang lebih annoying, sering dengan kalimat model alay yang susah dibaca. Mengirim email disamakan dengan chatting dengan teman-temannya.
Dan yang ketiga, acap emailnya tidak diakhiri dengan salam, dan sama sekali tidak ada ucapan terima kasih. Dan tanpa nama. Amazing.
Jujur, fenomena ini kian masif terjadi. Banyak rekan saya mengeluhkan hal yang sama.
Saya menduga anak-anak muda ini adalah “korban digital communication yang katrok” : serba instan, serba dangkal, dan terbiasa dengan gaya chatting dengan teman sepermainannya yang rendah etika dan minim sopan santun.
Perilaku yang simpel seperti itu bisa tragis : dalam dunia kerja komunikasi email katrok seperti itu bisa menjadi petaka. Dan kalau anak-anak muda itu belum bekerja; mereka mungkin akan sulit mendapatkan pekerjaan jika gaya komunikasi email mereka mutunya abal-abal dan katrok seperti itu.
Email yang tanpa etika itu benar-benar membuat pengirimnya jadi tampak bodoh dan tulalit. Khas generasi muda korban digitalisasi kehidupan.
Perilaku Katrok # 2 : Terlalu mudah menanyakan sesuatu tanpa berusaha terlebih dulu googling.
Terlalu sering saya mendapatkan pertanyaan elementer, yang dengan mudah didapat jawabannya dari googling. Pertanyaan seperti : bisnis yang bagus apa ya mas? Cara cari modal dari mana ya? Atau pertanyaan teknis seperti : reksadana itu apa ya? Kalau mau beli reksadana dimana ya?
Semua jenis pertanyaan seperti itu dengan sangat mudah dicari jawabannya via googling.
Tragisnya : bahkan untuk men-googling saja malas. Dan dengan manja langsung nanya. Jujur, ini tipikal generasi pemalas yang kemungkinan besar akan gagal dalam kehidupannya.
Kenapa gagal dalam hidup? Karena gigih menemukan jawaban via Google saja tidak mampu. Apalagi jika dihadapkan pada problem yang lebih rumit.
Again, inilah tipe generasi pemalas korban digitalisasi yang maunya serba instant.
Dulu, ketika masa orientasi mau masuk sekolah master di USA, saya bahkan diberi pelajaran khusus tentang “Googling Advance Skills” : bagaimana teknik mengoogling yang efektif, dan bisa melacak hampir semua jenis informasi/pengetahuan yang dibutuhkan.
Terlalu mudah mengajukan pertanyaan, dan malas mencari jawabannya sendiri via Google, membuat pelakunya jadi tampak bodoh dan katrok.
Perilaku Katrok # 3 : Menyebar (share) Informasi Sampah di Social Media (yang hanya menyebar emosi, permusuhan, dan sering informasi itu tanpa dasar yang valid).
Ini dia perilaku katrok berikutnya. Di Facebook atau grup-grup BBM/WA, kita sering melihat rekan kita share informasi sampah (informasi yang hanya menebar emosi, menyulut permusuhan, dan kadang yang lebih parah : hanya hoax).
Soalnya mungkin sederhana : orang Indonesia itu rata-rata malas membaca buku. Apalagi buku tebal dan bermutu. Idealnya kita membaca buku bagus dan bermutu, minimal 40 buku per tahun.
Karena jarang baca buku bermutu, daya intelektualitas kebanyakan orang jadi rendah. Dan dangkal. Dan ini bahaya : orang seperti ini mudah tersulut emosi, dan mudah menyebarkan informasi sampah di Facebook dan social media lainnya. Tanpa cek and ricek. Tanpa paham apakah informasi itu valid atau tidak.
Kenapa itu terjadi? Ya karena kebanyakan warga kita, memang wawasannya masih relatif rendah. Kenapa rendah? Karena tradisi membaca buku bermutu belum tumbuh kuat di negeri ini.
Kita melompat dari tradisi lisan langsung ke digital communication via social media. Kita hanya memindahkan budaya lisan a la kampung ke media social seperti facebook dan grup-grup chatting.
Tradisi membaca buku berkualitas, dan menulis teks-teks panjang yang butuh kedalaman, dilompati. Tak heran jika acap komunikasi di social media jadi tampak dangkal, instan dan katrok.
Dari sudut manajemen produktivitas, menghabiskan waktu untuk membaca informasi sampah di social media tentu merupakan wasting time yang tak terkira.
Namun ada efek lain yang tak kalah muram : terekspose informasi sampah di beragam kanal social media, hanya akan membuat jiwa kita letih dan mudah emosional. Dan ini berbahaya.
Para pakar productivity menulis : saat jiwa Anda “terdistraksi” dengan informasi sampah dan abal-abal di social media yang Anda ikuti, maka level kreativitas dan produktivitas Anda akan menurun signifikan.
DEMIKIANLAH, tiga perilaku digital (digital behavior) yang jika kita lakukan, hanya akan membuat kita jadi tampak goblok dan katrok.
Mengirim Email tanpa Etika. Manja Bertanya tanpa Mau Googling. Menyebar Informasi Sampah di Facebook dan Social Media.
Ledakan digital terus berlangsung, Perangkat smartphone makin canggih. Namun tanpa dibekali kecerdasan intelektual, kecerdasan sosial dan kecerdasan emosional; dunia digital yang hingar bingar ini hanya akan membawa kita kembali ke era kegelapan dunia primitif.
- See more at:
http://strategimanajemen.net/2016/02/01/3-hal-misterius-yang-akan-membuat-anda-jadi-tampak-bodoh-dan-katrok/#more-3775Namun kadang saya menemui sejumlah hal yang bisa membuat kita mengelus dada. Maksudnya kadang kita menjumpai perilaku yang tidak profesional dan sama sekali tidak mencerminkan kecerdasan emosional, sosial dan kecerdasan intelektual.
Berikut 3 hal yang kalau Anda melakukannya, bisa jadi akan membuat Anda tampak bodoh dan katrok.
3 hal berikut ini sejatinya hanyalah perilaku yang tampaknya sepele, dan karena itu sungguh misterius kenapa banyak orang melakukannya. Namun dari hal-hal sepele tapi misterius ini terkuak juga mentalitas seperti apa yang ada dibaliknya.
Mari coba kita bedah satu demi satu perilaku yang akan membuat pelakuknya jadi tampak goblok dan katrok.
Perilaku Katrok # 1 : Mengirim Email Tanpa Sopan Santun. Oke, perilaku yang ini mungkin lebih saya tujukan untuk anak-anak muda generasi digital yang masih kuliah atau yang baru lulus kuliah.
Berkali-kali saya menerima email dari anak-anak muda seperti mereka yang seperti tidak kenal etika bagaimana mengirim email yang baik. Dan ternyata, sejumlah rekan saya yang senior juga sering menjumpai hal yang sama : menerima email yang isinya katrok.
Pertama, email itu tidak pakai subject. Ini hal terbodoh pertama yang acap dilakukan orang ketika mengirim email. Pertanda orang yang malas, tidak teliti dan tidak paham kenapa dia harus mengirim email.
Kedua, banyak anak-anak muda sekarang mengirim email tanpa perkenalan dulu, siapa mereka dan langsung tanpa ba-bi-bu minta bantuan atau saran. Dan yang lebih annoying, sering dengan kalimat model alay yang susah dibaca. Mengirim email disamakan dengan chatting dengan teman-temannya.
Dan yang ketiga, acap emailnya tidak diakhiri dengan salam, dan sama sekali tidak ada ucapan terima kasih. Dan tanpa nama. Amazing.
Jujur, fenomena ini kian masif terjadi. Banyak rekan saya mengeluhkan hal yang sama.
Saya menduga anak-anak muda ini adalah “korban digital communication yang katrok” : serba instan, serba dangkal, dan terbiasa dengan gaya chatting dengan teman sepermainannya yang rendah etika dan minim sopan santun.
Perilaku yang simpel seperti itu bisa tragis : dalam dunia kerja komunikasi email katrok seperti itu bisa menjadi petaka. Dan kalau anak-anak muda itu belum bekerja; mereka mungkin akan sulit mendapatkan pekerjaan jika gaya komunikasi email mereka mutunya abal-abal dan katrok seperti itu.
Email yang tanpa etika itu benar-benar membuat pengirimnya jadi tampak bodoh dan tulalit. Khas generasi muda korban digitalisasi kehidupan.
Perilaku Katrok # 2 : Terlalu mudah menanyakan sesuatu tanpa berusaha terlebih dulu googling.
Terlalu sering saya mendapatkan pertanyaan elementer, yang dengan mudah didapat jawabannya dari googling. Pertanyaan seperti : bisnis yang bagus apa ya mas? Cara cari modal dari mana ya? Atau pertanyaan teknis seperti : reksadana itu apa ya? Kalau mau beli reksadana dimana ya?
Semua jenis pertanyaan seperti itu dengan sangat mudah dicari jawabannya via googling.
Tragisnya : bahkan untuk men-googling saja malas. Dan dengan manja langsung nanya. Jujur, ini tipikal generasi pemalas yang kemungkinan besar akan gagal dalam kehidupannya.
Kenapa gagal dalam hidup? Karena gigih menemukan jawaban via Google saja tidak mampu. Apalagi jika dihadapkan pada problem yang lebih rumit.
Again, inilah tipe generasi pemalas korban digitalisasi yang maunya serba instant.
Dulu, ketika masa orientasi mau masuk sekolah master di USA, saya bahkan diberi pelajaran khusus tentang “Googling Advance Skills” : bagaimana teknik mengoogling yang efektif, dan bisa melacak hampir semua jenis informasi/pengetahuan yang dibutuhkan.
Terlalu mudah mengajukan pertanyaan, dan malas mencari jawabannya sendiri via Google, membuat pelakunya jadi tampak bodoh dan katrok.
Perilaku Katrok # 3 : Menyebar (share) Informasi Sampah di Social Media (yang hanya menyebar emosi, permusuhan, dan sering informasi itu tanpa dasar yang valid).
Ini dia perilaku katrok berikutnya. Di Facebook atau grup-grup BBM/WA, kita sering melihat rekan kita share informasi sampah (informasi yang hanya menebar emosi, menyulut permusuhan, dan kadang yang lebih parah : hanya hoax).
Soalnya mungkin sederhana : orang Indonesia itu rata-rata malas membaca buku. Apalagi buku tebal dan bermutu. Idealnya kita membaca buku bagus dan bermutu, minimal 40 buku per tahun.
Karena jarang baca buku bermutu, daya intelektualitas kebanyakan orang jadi rendah. Dan dangkal. Dan ini bahaya : orang seperti ini mudah tersulut emosi, dan mudah menyebarkan informasi sampah di Facebook dan social media lainnya. Tanpa cek and ricek. Tanpa paham apakah informasi itu valid atau tidak.
Kenapa itu terjadi? Ya karena kebanyakan warga kita, memang wawasannya masih relatif rendah. Kenapa rendah? Karena tradisi membaca buku bermutu belum tumbuh kuat di negeri ini.
Kita melompat dari tradisi lisan langsung ke digital communication via social media. Kita hanya memindahkan budaya lisan a la kampung ke media social seperti facebook dan grup-grup chatting.
Tradisi membaca buku berkualitas, dan menulis teks-teks panjang yang butuh kedalaman, dilompati. Tak heran jika acap komunikasi di social media jadi tampak dangkal, instan dan katrok.
Dari sudut manajemen produktivitas, menghabiskan waktu untuk membaca informasi sampah di social media tentu merupakan wasting time yang tak terkira.
Namun ada efek lain yang tak kalah muram : terekspose informasi sampah di beragam kanal social media, hanya akan membuat jiwa kita letih dan mudah emosional. Dan ini berbahaya.
Para pakar productivity menulis : saat jiwa Anda “terdistraksi” dengan informasi sampah dan abal-abal di social media yang Anda ikuti, maka level kreativitas dan produktivitas Anda akan menurun signifikan.
DEMIKIANLAH, tiga perilaku digital (digital behavior) yang jika kita lakukan, hanya akan membuat kita jadi tampak goblok dan katrok.
Mengirim Email tanpa Etika. Manja Bertanya tanpa Mau Googling. Menyebar Informasi Sampah di Facebook dan Social Media.
Ledakan digital terus berlangsung, Perangkat smartphone makin canggih. Namun tanpa dibekali kecerdasan intelektual, kecerdasan sosial dan kecerdasan emosional; dunia digital yang hingar bingar ini hanya akan membawa kita kembali ke era kegelapan dunia primitif.
Sukses
dalam dunia kerja dan dunia bisnis amat membutuhkan kecakapan, baik
dalam soal kecakapan berpikir (intellectual intelligence), kecakapan
sosial (social intelligence) dan juga kecakapan emosional (emotional
intelligence).
Namun kadang saya menemui sejumlah hal yang bisa membuat kita mengelus dada. Maksudnya kadang kita menjumpai perilaku yang tidak profesional dan sama sekali tidak mencerminkan kecerdasan emosional, sosial dan kecerdasan intelektual.
Berikut 3 hal yang kalau Anda melakukannya, bisa jadi akan membuat Anda tampak bodoh dan katrok.
3 hal berikut ini sejatinya hanyalah perilaku yang tampaknya sepele, dan karena itu sungguh misterius kenapa banyak orang melakukannya. Namun dari hal-hal sepele tapi misterius ini terkuak juga mentalitas seperti apa yang ada dibaliknya.
Mari coba kita bedah satu demi satu perilaku yang akan membuat pelakuknya jadi tampak goblok dan katrok.
Perilaku Katrok # 1 : Mengirim Email Tanpa Sopan Santun. Oke, perilaku yang ini mungkin lebih saya tujukan untuk anak-anak muda generasi digital yang masih kuliah atau yang baru lulus kuliah.
Berkali-kali saya menerima email dari anak-anak muda seperti mereka yang seperti tidak kenal etika bagaimana mengirim email yang baik. Dan ternyata, sejumlah rekan saya yang senior juga sering menjumpai hal yang sama : menerima email yang isinya katrok.
Pertama, email itu tidak pakai subject. Ini hal terbodoh pertama yang acap dilakukan orang ketika mengirim email. Pertanda orang yang malas, tidak teliti dan tidak paham kenapa dia harus mengirim email.
Kedua, banyak anak-anak muda sekarang mengirim email tanpa perkenalan dulu, siapa mereka dan langsung tanpa ba-bi-bu minta bantuan atau saran. Dan yang lebih annoying, sering dengan kalimat model alay yang susah dibaca. Mengirim email disamakan dengan chatting dengan teman-temannya.
Dan yang ketiga, acap emailnya tidak diakhiri dengan salam, dan sama sekali tidak ada ucapan terima kasih. Dan tanpa nama. Amazing.
Jujur, fenomena ini kian masif terjadi. Banyak rekan saya mengeluhkan hal yang sama.
Saya menduga anak-anak muda ini adalah “korban digital communication yang katrok” : serba instan, serba dangkal, dan terbiasa dengan gaya chatting dengan teman sepermainannya yang rendah etika dan minim sopan santun.
Perilaku yang simpel seperti itu bisa tragis : dalam dunia kerja komunikasi email katrok seperti itu bisa menjadi petaka. Dan kalau anak-anak muda itu belum bekerja; mereka mungkin akan sulit mendapatkan pekerjaan jika gaya komunikasi email mereka mutunya abal-abal dan katrok seperti itu.
Email yang tanpa etika itu benar-benar membuat pengirimnya jadi tampak bodoh dan tulalit. Khas generasi muda korban digitalisasi kehidupan.
Perilaku Katrok # 2 : Terlalu mudah menanyakan sesuatu tanpa berusaha terlebih dulu googling.
Terlalu sering saya mendapatkan pertanyaan elementer, yang dengan mudah didapat jawabannya dari googling. Pertanyaan seperti : bisnis yang bagus apa ya mas? Cara cari modal dari mana ya? Atau pertanyaan teknis seperti : reksadana itu apa ya? Kalau mau beli reksadana dimana ya?
Semua jenis pertanyaan seperti itu dengan sangat mudah dicari jawabannya via googling.
Tragisnya : bahkan untuk men-googling saja malas. Dan dengan manja langsung nanya. Jujur, ini tipikal generasi pemalas yang kemungkinan besar akan gagal dalam kehidupannya.
Kenapa gagal dalam hidup? Karena gigih menemukan jawaban via Google saja tidak mampu. Apalagi jika dihadapkan pada problem yang lebih rumit.
Again, inilah tipe generasi pemalas korban digitalisasi yang maunya serba instant.
Dulu, ketika masa orientasi mau masuk sekolah master di USA, saya bahkan diberi pelajaran khusus tentang “Googling Advance Skills” : bagaimana teknik mengoogling yang efektif, dan bisa melacak hampir semua jenis informasi/pengetahuan yang dibutuhkan.
Terlalu mudah mengajukan pertanyaan, dan malas mencari jawabannya sendiri via Google, membuat pelakunya jadi tampak bodoh dan katrok.
Perilaku Katrok # 3 : Menyebar (share) Informasi Sampah di Social Media (yang hanya menyebar emosi, permusuhan, dan sering informasi itu tanpa dasar yang valid).
Ini dia perilaku katrok berikutnya. Di Facebook atau grup-grup BBM/WA, kita sering melihat rekan kita share informasi sampah (informasi yang hanya menebar emosi, menyulut permusuhan, dan kadang yang lebih parah : hanya hoax).
Soalnya mungkin sederhana : orang Indonesia itu rata-rata malas membaca buku. Apalagi buku tebal dan bermutu. Idealnya kita membaca buku bagus dan bermutu, minimal 40 buku per tahun.
Karena jarang baca buku bermutu, daya intelektualitas kebanyakan orang jadi rendah. Dan dangkal. Dan ini bahaya : orang seperti ini mudah tersulut emosi, dan mudah menyebarkan informasi sampah di Facebook dan social media lainnya. Tanpa cek and ricek. Tanpa paham apakah informasi itu valid atau tidak.
Kenapa itu terjadi? Ya karena kebanyakan warga kita, memang wawasannya masih relatif rendah. Kenapa rendah? Karena tradisi membaca buku bermutu belum tumbuh kuat di negeri ini.
Kita melompat dari tradisi lisan langsung ke digital communication via social media. Kita hanya memindahkan budaya lisan a la kampung ke media social seperti facebook dan grup-grup chatting.
Tradisi membaca buku berkualitas, dan menulis teks-teks panjang yang butuh kedalaman, dilompati. Tak heran jika acap komunikasi di social media jadi tampak dangkal, instan dan katrok.
Dari sudut manajemen produktivitas, menghabiskan waktu untuk membaca informasi sampah di social media tentu merupakan wasting time yang tak terkira.
Namun ada efek lain yang tak kalah muram : terekspose informasi sampah di beragam kanal social media, hanya akan membuat jiwa kita letih dan mudah emosional. Dan ini berbahaya.
Para pakar productivity menulis : saat jiwa Anda “terdistraksi” dengan informasi sampah dan abal-abal di social media yang Anda ikuti, maka level kreativitas dan produktivitas Anda akan menurun signifikan.
DEMIKIANLAH, tiga perilaku digital (digital behavior) yang jika kita lakukan, hanya akan membuat kita jadi tampak goblok dan katrok.
Mengirim Email tanpa Etika. Manja Bertanya tanpa Mau Googling. Menyebar Informasi Sampah di Facebook dan Social Media.
Ledakan digital terus berlangsung, Perangkat smartphone makin canggih. Namun tanpa dibekali kecerdasan intelektual, kecerdasan sosial dan kecerdasan emosional; dunia digital yang hingar bingar ini hanya akan membawa kita kembali ke era kegelapan dunia primitif.
- See more at:
http://strategimanajemen.net/2016/02/01/3-hal-misterius-yang-akan-membuat-anda-jadi-tampak-bodoh-dan-katrok/#more-3775Namun kadang saya menemui sejumlah hal yang bisa membuat kita mengelus dada. Maksudnya kadang kita menjumpai perilaku yang tidak profesional dan sama sekali tidak mencerminkan kecerdasan emosional, sosial dan kecerdasan intelektual.
Berikut 3 hal yang kalau Anda melakukannya, bisa jadi akan membuat Anda tampak bodoh dan katrok.
3 hal berikut ini sejatinya hanyalah perilaku yang tampaknya sepele, dan karena itu sungguh misterius kenapa banyak orang melakukannya. Namun dari hal-hal sepele tapi misterius ini terkuak juga mentalitas seperti apa yang ada dibaliknya.
Mari coba kita bedah satu demi satu perilaku yang akan membuat pelakuknya jadi tampak goblok dan katrok.
Perilaku Katrok # 1 : Mengirim Email Tanpa Sopan Santun. Oke, perilaku yang ini mungkin lebih saya tujukan untuk anak-anak muda generasi digital yang masih kuliah atau yang baru lulus kuliah.
Berkali-kali saya menerima email dari anak-anak muda seperti mereka yang seperti tidak kenal etika bagaimana mengirim email yang baik. Dan ternyata, sejumlah rekan saya yang senior juga sering menjumpai hal yang sama : menerima email yang isinya katrok.
Pertama, email itu tidak pakai subject. Ini hal terbodoh pertama yang acap dilakukan orang ketika mengirim email. Pertanda orang yang malas, tidak teliti dan tidak paham kenapa dia harus mengirim email.
Kedua, banyak anak-anak muda sekarang mengirim email tanpa perkenalan dulu, siapa mereka dan langsung tanpa ba-bi-bu minta bantuan atau saran. Dan yang lebih annoying, sering dengan kalimat model alay yang susah dibaca. Mengirim email disamakan dengan chatting dengan teman-temannya.
Dan yang ketiga, acap emailnya tidak diakhiri dengan salam, dan sama sekali tidak ada ucapan terima kasih. Dan tanpa nama. Amazing.
Jujur, fenomena ini kian masif terjadi. Banyak rekan saya mengeluhkan hal yang sama.
Saya menduga anak-anak muda ini adalah “korban digital communication yang katrok” : serba instan, serba dangkal, dan terbiasa dengan gaya chatting dengan teman sepermainannya yang rendah etika dan minim sopan santun.
Perilaku yang simpel seperti itu bisa tragis : dalam dunia kerja komunikasi email katrok seperti itu bisa menjadi petaka. Dan kalau anak-anak muda itu belum bekerja; mereka mungkin akan sulit mendapatkan pekerjaan jika gaya komunikasi email mereka mutunya abal-abal dan katrok seperti itu.
Email yang tanpa etika itu benar-benar membuat pengirimnya jadi tampak bodoh dan tulalit. Khas generasi muda korban digitalisasi kehidupan.
Perilaku Katrok # 2 : Terlalu mudah menanyakan sesuatu tanpa berusaha terlebih dulu googling.
Terlalu sering saya mendapatkan pertanyaan elementer, yang dengan mudah didapat jawabannya dari googling. Pertanyaan seperti : bisnis yang bagus apa ya mas? Cara cari modal dari mana ya? Atau pertanyaan teknis seperti : reksadana itu apa ya? Kalau mau beli reksadana dimana ya?
Semua jenis pertanyaan seperti itu dengan sangat mudah dicari jawabannya via googling.
Tragisnya : bahkan untuk men-googling saja malas. Dan dengan manja langsung nanya. Jujur, ini tipikal generasi pemalas yang kemungkinan besar akan gagal dalam kehidupannya.
Kenapa gagal dalam hidup? Karena gigih menemukan jawaban via Google saja tidak mampu. Apalagi jika dihadapkan pada problem yang lebih rumit.
Again, inilah tipe generasi pemalas korban digitalisasi yang maunya serba instant.
Dulu, ketika masa orientasi mau masuk sekolah master di USA, saya bahkan diberi pelajaran khusus tentang “Googling Advance Skills” : bagaimana teknik mengoogling yang efektif, dan bisa melacak hampir semua jenis informasi/pengetahuan yang dibutuhkan.
Terlalu mudah mengajukan pertanyaan, dan malas mencari jawabannya sendiri via Google, membuat pelakunya jadi tampak bodoh dan katrok.
Perilaku Katrok # 3 : Menyebar (share) Informasi Sampah di Social Media (yang hanya menyebar emosi, permusuhan, dan sering informasi itu tanpa dasar yang valid).
Ini dia perilaku katrok berikutnya. Di Facebook atau grup-grup BBM/WA, kita sering melihat rekan kita share informasi sampah (informasi yang hanya menebar emosi, menyulut permusuhan, dan kadang yang lebih parah : hanya hoax).
Soalnya mungkin sederhana : orang Indonesia itu rata-rata malas membaca buku. Apalagi buku tebal dan bermutu. Idealnya kita membaca buku bagus dan bermutu, minimal 40 buku per tahun.
Karena jarang baca buku bermutu, daya intelektualitas kebanyakan orang jadi rendah. Dan dangkal. Dan ini bahaya : orang seperti ini mudah tersulut emosi, dan mudah menyebarkan informasi sampah di Facebook dan social media lainnya. Tanpa cek and ricek. Tanpa paham apakah informasi itu valid atau tidak.
Kenapa itu terjadi? Ya karena kebanyakan warga kita, memang wawasannya masih relatif rendah. Kenapa rendah? Karena tradisi membaca buku bermutu belum tumbuh kuat di negeri ini.
Kita melompat dari tradisi lisan langsung ke digital communication via social media. Kita hanya memindahkan budaya lisan a la kampung ke media social seperti facebook dan grup-grup chatting.
Tradisi membaca buku berkualitas, dan menulis teks-teks panjang yang butuh kedalaman, dilompati. Tak heran jika acap komunikasi di social media jadi tampak dangkal, instan dan katrok.
Dari sudut manajemen produktivitas, menghabiskan waktu untuk membaca informasi sampah di social media tentu merupakan wasting time yang tak terkira.
Namun ada efek lain yang tak kalah muram : terekspose informasi sampah di beragam kanal social media, hanya akan membuat jiwa kita letih dan mudah emosional. Dan ini berbahaya.
Para pakar productivity menulis : saat jiwa Anda “terdistraksi” dengan informasi sampah dan abal-abal di social media yang Anda ikuti, maka level kreativitas dan produktivitas Anda akan menurun signifikan.
DEMIKIANLAH, tiga perilaku digital (digital behavior) yang jika kita lakukan, hanya akan membuat kita jadi tampak goblok dan katrok.
Mengirim Email tanpa Etika. Manja Bertanya tanpa Mau Googling. Menyebar Informasi Sampah di Facebook dan Social Media.
Ledakan digital terus berlangsung, Perangkat smartphone makin canggih. Namun tanpa dibekali kecerdasan intelektual, kecerdasan sosial dan kecerdasan emosional; dunia digital yang hingar bingar ini hanya akan membawa kita kembali ke era kegelapan dunia primitif.
Sukses
dalam dunia kerja dan dunia bisnis amat membutuhkan kecakapan, baik
dalam soal kecakapan berpikir (intellectual intelligence), kecakapan
sosial (social intelligence) dan juga kecakapan emosional (emotional
intelligence).
Namun kadang saya menemui sejumlah hal yang bisa membuat kita mengelus dada. Maksudnya kadang kita menjumpai perilaku yang tidak profesional dan sama sekali tidak mencerminkan kecerdasan emosional, sosial dan kecerdasan intelektual.
Berikut 3 hal yang kalau Anda melakukannya, bisa jadi akan membuat Anda tampak bodoh dan katrok.
3 hal berikut ini sejatinya hanyalah perilaku yang tampaknya sepele, dan karena itu sungguh misterius kenapa banyak orang melakukannya. Namun dari hal-hal sepele tapi misterius ini terkuak juga mentalitas seperti apa yang ada dibaliknya.
Mari coba kita bedah satu demi satu perilaku yang akan membuat pelakuknya jadi tampak goblok dan katrok.
Perilaku Katrok # 1 : Mengirim Email Tanpa Sopan Santun. Oke, perilaku yang ini mungkin lebih saya tujukan untuk anak-anak muda generasi digital yang masih kuliah atau yang baru lulus kuliah.
Berkali-kali saya menerima email dari anak-anak muda seperti mereka yang seperti tidak kenal etika bagaimana mengirim email yang baik. Dan ternyata, sejumlah rekan saya yang senior juga sering menjumpai hal yang sama : menerima email yang isinya katrok.
Pertama, email itu tidak pakai subject. Ini hal terbodoh pertama yang acap dilakukan orang ketika mengirim email. Pertanda orang yang malas, tidak teliti dan tidak paham kenapa dia harus mengirim email.
Kedua, banyak anak-anak muda sekarang mengirim email tanpa perkenalan dulu, siapa mereka dan langsung tanpa ba-bi-bu minta bantuan atau saran. Dan yang lebih annoying, sering dengan kalimat model alay yang susah dibaca. Mengirim email disamakan dengan chatting dengan teman-temannya.
Dan yang ketiga, acap emailnya tidak diakhiri dengan salam, dan sama sekali tidak ada ucapan terima kasih. Dan tanpa nama. Amazing.
Jujur, fenomena ini kian masif terjadi. Banyak rekan saya mengeluhkan hal yang sama.
Saya menduga anak-anak muda ini adalah “korban digital communication yang katrok” : serba instan, serba dangkal, dan terbiasa dengan gaya chatting dengan teman sepermainannya yang rendah etika dan minim sopan santun.
Perilaku yang simpel seperti itu bisa tragis : dalam dunia kerja komunikasi email katrok seperti itu bisa menjadi petaka. Dan kalau anak-anak muda itu belum bekerja; mereka mungkin akan sulit mendapatkan pekerjaan jika gaya komunikasi email mereka mutunya abal-abal dan katrok seperti itu.
Email yang tanpa etika itu benar-benar membuat pengirimnya jadi tampak bodoh dan tulalit. Khas generasi muda korban digitalisasi kehidupan.
Perilaku Katrok # 2 : Terlalu mudah menanyakan sesuatu tanpa berusaha terlebih dulu googling.
Terlalu sering saya mendapatkan pertanyaan elementer, yang dengan mudah didapat jawabannya dari googling. Pertanyaan seperti : bisnis yang bagus apa ya mas? Cara cari modal dari mana ya? Atau pertanyaan teknis seperti : reksadana itu apa ya? Kalau mau beli reksadana dimana ya?
Semua jenis pertanyaan seperti itu dengan sangat mudah dicari jawabannya via googling.
Tragisnya : bahkan untuk men-googling saja malas. Dan dengan manja langsung nanya. Jujur, ini tipikal generasi pemalas yang kemungkinan besar akan gagal dalam kehidupannya.
Kenapa gagal dalam hidup? Karena gigih menemukan jawaban via Google saja tidak mampu. Apalagi jika dihadapkan pada problem yang lebih rumit.
Again, inilah tipe generasi pemalas korban digitalisasi yang maunya serba instant.
Dulu, ketika masa orientasi mau masuk sekolah master di USA, saya bahkan diberi pelajaran khusus tentang “Googling Advance Skills” : bagaimana teknik mengoogling yang efektif, dan bisa melacak hampir semua jenis informasi/pengetahuan yang dibutuhkan.
Terlalu mudah mengajukan pertanyaan, dan malas mencari jawabannya sendiri via Google, membuat pelakunya jadi tampak bodoh dan katrok.
Perilaku Katrok # 3 : Menyebar (share) Informasi Sampah di Social Media (yang hanya menyebar emosi, permusuhan, dan sering informasi itu tanpa dasar yang valid).
Ini dia perilaku katrok berikutnya. Di Facebook atau grup-grup BBM/WA, kita sering melihat rekan kita share informasi sampah (informasi yang hanya menebar emosi, menyulut permusuhan, dan kadang yang lebih parah : hanya hoax).
Soalnya mungkin sederhana : orang Indonesia itu rata-rata malas membaca buku. Apalagi buku tebal dan bermutu. Idealnya kita membaca buku bagus dan bermutu, minimal 40 buku per tahun.
Karena jarang baca buku bermutu, daya intelektualitas kebanyakan orang jadi rendah. Dan dangkal. Dan ini bahaya : orang seperti ini mudah tersulut emosi, dan mudah menyebarkan informasi sampah di Facebook dan social media lainnya. Tanpa cek and ricek. Tanpa paham apakah informasi itu valid atau tidak.
Kenapa itu terjadi? Ya karena kebanyakan warga kita, memang wawasannya masih relatif rendah. Kenapa rendah? Karena tradisi membaca buku bermutu belum tumbuh kuat di negeri ini.
Kita melompat dari tradisi lisan langsung ke digital communication via social media. Kita hanya memindahkan budaya lisan a la kampung ke media social seperti facebook dan grup-grup chatting.
Tradisi membaca buku berkualitas, dan menulis teks-teks panjang yang butuh kedalaman, dilompati. Tak heran jika acap komunikasi di social media jadi tampak dangkal, instan dan katrok.
Dari sudut manajemen produktivitas, menghabiskan waktu untuk membaca informasi sampah di social media tentu merupakan wasting time yang tak terkira.
Namun ada efek lain yang tak kalah muram : terekspose informasi sampah di beragam kanal social media, hanya akan membuat jiwa kita letih dan mudah emosional. Dan ini berbahaya.
Para pakar productivity menulis : saat jiwa Anda “terdistraksi” dengan informasi sampah dan abal-abal di social media yang Anda ikuti, maka level kreativitas dan produktivitas Anda akan menurun signifikan.
DEMIKIANLAH, tiga perilaku digital (digital behavior) yang jika kita lakukan, hanya akan membuat kita jadi tampak goblok dan katrok.
Mengirim Email tanpa Etika. Manja Bertanya tanpa Mau Googling. Menyebar Informasi Sampah di Facebook dan Social Media.
Ledakan digital terus berlangsung, Perangkat smartphone makin canggih. Namun tanpa dibekali kecerdasan intelektual, kecerdasan sosial dan kecerdasan emosional; dunia digital yang hingar bingar ini hanya akan membawa kita kembali ke era kegelapan dunia primitif.
- See more at:
http://strategimanajemen.net/2016/02/01/3-hal-misterius-yang-akan-membuat-anda-jadi-tampak-bodoh-dan-katrok/#more-3775Namun kadang saya menemui sejumlah hal yang bisa membuat kita mengelus dada. Maksudnya kadang kita menjumpai perilaku yang tidak profesional dan sama sekali tidak mencerminkan kecerdasan emosional, sosial dan kecerdasan intelektual.
Berikut 3 hal yang kalau Anda melakukannya, bisa jadi akan membuat Anda tampak bodoh dan katrok.
3 hal berikut ini sejatinya hanyalah perilaku yang tampaknya sepele, dan karena itu sungguh misterius kenapa banyak orang melakukannya. Namun dari hal-hal sepele tapi misterius ini terkuak juga mentalitas seperti apa yang ada dibaliknya.
Mari coba kita bedah satu demi satu perilaku yang akan membuat pelakuknya jadi tampak goblok dan katrok.
Perilaku Katrok # 1 : Mengirim Email Tanpa Sopan Santun. Oke, perilaku yang ini mungkin lebih saya tujukan untuk anak-anak muda generasi digital yang masih kuliah atau yang baru lulus kuliah.
Berkali-kali saya menerima email dari anak-anak muda seperti mereka yang seperti tidak kenal etika bagaimana mengirim email yang baik. Dan ternyata, sejumlah rekan saya yang senior juga sering menjumpai hal yang sama : menerima email yang isinya katrok.
Pertama, email itu tidak pakai subject. Ini hal terbodoh pertama yang acap dilakukan orang ketika mengirim email. Pertanda orang yang malas, tidak teliti dan tidak paham kenapa dia harus mengirim email.
Kedua, banyak anak-anak muda sekarang mengirim email tanpa perkenalan dulu, siapa mereka dan langsung tanpa ba-bi-bu minta bantuan atau saran. Dan yang lebih annoying, sering dengan kalimat model alay yang susah dibaca. Mengirim email disamakan dengan chatting dengan teman-temannya.
Dan yang ketiga, acap emailnya tidak diakhiri dengan salam, dan sama sekali tidak ada ucapan terima kasih. Dan tanpa nama. Amazing.
Jujur, fenomena ini kian masif terjadi. Banyak rekan saya mengeluhkan hal yang sama.
Saya menduga anak-anak muda ini adalah “korban digital communication yang katrok” : serba instan, serba dangkal, dan terbiasa dengan gaya chatting dengan teman sepermainannya yang rendah etika dan minim sopan santun.
Perilaku yang simpel seperti itu bisa tragis : dalam dunia kerja komunikasi email katrok seperti itu bisa menjadi petaka. Dan kalau anak-anak muda itu belum bekerja; mereka mungkin akan sulit mendapatkan pekerjaan jika gaya komunikasi email mereka mutunya abal-abal dan katrok seperti itu.
Email yang tanpa etika itu benar-benar membuat pengirimnya jadi tampak bodoh dan tulalit. Khas generasi muda korban digitalisasi kehidupan.
Perilaku Katrok # 2 : Terlalu mudah menanyakan sesuatu tanpa berusaha terlebih dulu googling.
Terlalu sering saya mendapatkan pertanyaan elementer, yang dengan mudah didapat jawabannya dari googling. Pertanyaan seperti : bisnis yang bagus apa ya mas? Cara cari modal dari mana ya? Atau pertanyaan teknis seperti : reksadana itu apa ya? Kalau mau beli reksadana dimana ya?
Semua jenis pertanyaan seperti itu dengan sangat mudah dicari jawabannya via googling.
Tragisnya : bahkan untuk men-googling saja malas. Dan dengan manja langsung nanya. Jujur, ini tipikal generasi pemalas yang kemungkinan besar akan gagal dalam kehidupannya.
Kenapa gagal dalam hidup? Karena gigih menemukan jawaban via Google saja tidak mampu. Apalagi jika dihadapkan pada problem yang lebih rumit.
Again, inilah tipe generasi pemalas korban digitalisasi yang maunya serba instant.
Dulu, ketika masa orientasi mau masuk sekolah master di USA, saya bahkan diberi pelajaran khusus tentang “Googling Advance Skills” : bagaimana teknik mengoogling yang efektif, dan bisa melacak hampir semua jenis informasi/pengetahuan yang dibutuhkan.
Terlalu mudah mengajukan pertanyaan, dan malas mencari jawabannya sendiri via Google, membuat pelakunya jadi tampak bodoh dan katrok.
Perilaku Katrok # 3 : Menyebar (share) Informasi Sampah di Social Media (yang hanya menyebar emosi, permusuhan, dan sering informasi itu tanpa dasar yang valid).
Ini dia perilaku katrok berikutnya. Di Facebook atau grup-grup BBM/WA, kita sering melihat rekan kita share informasi sampah (informasi yang hanya menebar emosi, menyulut permusuhan, dan kadang yang lebih parah : hanya hoax).
Soalnya mungkin sederhana : orang Indonesia itu rata-rata malas membaca buku. Apalagi buku tebal dan bermutu. Idealnya kita membaca buku bagus dan bermutu, minimal 40 buku per tahun.
Karena jarang baca buku bermutu, daya intelektualitas kebanyakan orang jadi rendah. Dan dangkal. Dan ini bahaya : orang seperti ini mudah tersulut emosi, dan mudah menyebarkan informasi sampah di Facebook dan social media lainnya. Tanpa cek and ricek. Tanpa paham apakah informasi itu valid atau tidak.
Kenapa itu terjadi? Ya karena kebanyakan warga kita, memang wawasannya masih relatif rendah. Kenapa rendah? Karena tradisi membaca buku bermutu belum tumbuh kuat di negeri ini.
Kita melompat dari tradisi lisan langsung ke digital communication via social media. Kita hanya memindahkan budaya lisan a la kampung ke media social seperti facebook dan grup-grup chatting.
Tradisi membaca buku berkualitas, dan menulis teks-teks panjang yang butuh kedalaman, dilompati. Tak heran jika acap komunikasi di social media jadi tampak dangkal, instan dan katrok.
Dari sudut manajemen produktivitas, menghabiskan waktu untuk membaca informasi sampah di social media tentu merupakan wasting time yang tak terkira.
Namun ada efek lain yang tak kalah muram : terekspose informasi sampah di beragam kanal social media, hanya akan membuat jiwa kita letih dan mudah emosional. Dan ini berbahaya.
Para pakar productivity menulis : saat jiwa Anda “terdistraksi” dengan informasi sampah dan abal-abal di social media yang Anda ikuti, maka level kreativitas dan produktivitas Anda akan menurun signifikan.
DEMIKIANLAH, tiga perilaku digital (digital behavior) yang jika kita lakukan, hanya akan membuat kita jadi tampak goblok dan katrok.
Mengirim Email tanpa Etika. Manja Bertanya tanpa Mau Googling. Menyebar Informasi Sampah di Facebook dan Social Media.
Ledakan digital terus berlangsung, Perangkat smartphone makin canggih. Namun tanpa dibekali kecerdasan intelektual, kecerdasan sosial dan kecerdasan emosional; dunia digital yang hingar bingar ini hanya akan membawa kita kembali ke era kegelapan dunia primitif.
Binatang-binatang seperti tikus, kecoa, semut dan lalat seringkali mendatangi rumah Anda. Walau kehadirannya tak pernah diharapkan, binatang ini bisa datang kapan saja.
Selain menjijikkan, binatang-binatang ini juga membawa penyakit yang dapat mengancam kesehatan.
Namun tahukah Anda bahwa ternyata ada cara sederhana mengusir binatang tersebut, yakni dengan menggunakan telur'>kulit telur ayam. Bagaimana caranya? Berikut tipsnya seperti dipublikasikan Unicity:
1. Cara Membasmi Hama Tikus, Kecoa dan Semut Menggunakan Kulit Telur
Pertama-tama keringkan kulit telur. Setelah itu, baru Anda giling untuk menghancurkannya menjadi bubuk atau serbuk. Kemudian, taburkan bubuk kulit telur itu langsung pada hama yang Anda temui di taman rumah.
Bubuk kulit telur dapat mengusir dan membunuh beberapa jenis hama seperti siput, keong, mollusca, kutu, kumbang, tikus, kecoa dan semut.
Jika terkena bubuk kulit telur, hama tersebut akan langsung menggeliat. Mereka akan bergerak untuk beberapa waktu, berputar dan berbalik dan akhirnya mereka akan mati.
2. Basmi Hama pada Tanaman
Taburkan bubuk kulit telur ke daun tanaman favorit Anda yang telah rusak diserang hama. Ini juga merupakan salah satu cara menggunakan kulit telur untuk pengendalian hama. Hama akan menjauh dari daun tersebut dan membunuh hama lainnya yang menempel di atas daun.
Selain itu, taburkan juga bubuk kulit telur di sekitar permukaan tanah tanaman Anda.
Jika terjadi hujan, maka taburi lagi bubuk tersebut untuk mengusir hama menjauh dari tanaman Anda.
3. Mengendalikan Hama Tanaman
Cangkang telur mengandung kalsium yang bisa menjadi musuh utama tanaman seperti siput, hama putih dan beberapa jenis hama lain.
Anda bisa menggunakan cangkang telur sebagai media untuk menumbuhkan tanaman, caranya:
- Lubangi beberapa bagian cangkang telur kemudian masukkan dalam tanah
- Setelah itu isi cangkang telur dengan tanah dan masukkan benih bunga, buah atau sayuran
- Tanaman akan tumbuh subur tanpa diganggu oleh hama tanaman
- Hal ini karena hama biasanya tidak menyukai efek dan bau cangkang telur.
Hal ini terjadi karena kulit telur mempunyai lapisan kutikula, merupakan lapisan terluar yang memiliki ketebalan 10 µm dan saluran pori.
Serta berfungsi melindungi telur dari kelembaban dan mikroorganisme dan membantu pertukaran gas yang masuk ke dalam telur.
4. Komposisi Senyawa Kimia dalam Cangkang Telur Ayam
Cangkang telur merupakan lapisan berkapur yang menyusun 9-12 persen dari berat telur total.
Cangkang telur tersusun kira-kira 94 persen kalsium karbonat, 1 persen magnesium karbonat, 1 persen kalsium fosfat, dan 4 persen bahan organik terutama protein.
Cangkang telur mengandung kalsium yang bisa menjadi musuh utama tanaman seperti siput, hama putih dan beberapa jenis hama lain.
Anda bisa menggunakan cangkang telur sebagai media untuk menumbuhkan tanaman, caranya:
- Lubangi beberapa bagian cangkang telur kemudian masukkan dalam tanah
- Setelah itu isi cangkang telur dengan tanah dan masukkan benih bunga, buah atau sayuran
- Tanaman akan tumbuh subur tanpa diganggu oleh hama tanaman
- Hal ini karena hama biasanya tidak menyukai efek dan bau cangkang telur.
Hal ini terjadi karena kulit telur mempunyai lapisan kutikula, merupakan lapisan terluar yang memiliki ketebalan 10 µm dan saluran pori.
Serta berfungsi melindungi telur dari kelembaban dan mikroorganisme dan membantu pertukaran gas yang masuk ke dalam telur.
4. Komposisi Senyawa Kimia dalam Cangkang Telur Ayam
Cangkang telur merupakan lapisan berkapur yang menyusun 9-12 persen dari berat telur total.
Cangkang telur tersusun kira-kira 94 persen kalsium karbonat, 1 persen magnesium karbonat, 1 persen kalsium fosfat, dan 4 persen bahan organik terutama protein.
5. Mengatasi Masalah Saluran Air yang Tersumbat
Terkadang kita sering mengalami masalah saluran air, yaitu tersumbat sehingga mengganggu aktivitas kita.
Dan seperti yang kita ketahui penanganannya juga dengan cara menusuk-menusuk saluran agar kotoran-kotoran yang menyumbat dapat mengalir dengan lancar.
Nah, di sisi lain ada cara unik untuk melancarkan saluran air yang tersumbat yaitu dengan menggunakan kulit telur. Haluskan kulit telur sampai menjadi bubuk, lalu tuangkan dalam saluran yang tersumbat, kemudian biarkan selama semalaman, keesokan harinya, pastinya saluran air yang tersumbat sudah lancar kembali.
Anda juga bisa menambahkan sedikit cuka untuk hasil yang maksimal.
Terkadang kita sering mengalami masalah saluran air, yaitu tersumbat sehingga mengganggu aktivitas kita.
Dan seperti yang kita ketahui penanganannya juga dengan cara menusuk-menusuk saluran agar kotoran-kotoran yang menyumbat dapat mengalir dengan lancar.
Nah, di sisi lain ada cara unik untuk melancarkan saluran air yang tersumbat yaitu dengan menggunakan kulit telur. Haluskan kulit telur sampai menjadi bubuk, lalu tuangkan dalam saluran yang tersumbat, kemudian biarkan selama semalaman, keesokan harinya, pastinya saluran air yang tersumbat sudah lancar kembali.
Anda juga bisa menambahkan sedikit cuka untuk hasil yang maksimal.
6. Pupuk
Tenyata kulit telur kaya akan kalsium. Jadi, kulit telur tersebut dapat hancur dengan sendirinya dan menyebar di tanah sehingga menjadi pupuk yang mengandung kalsium tinggi yang dibutuhkan oleh tanaman.
Caranya yaitu hancurkan cangkang sampai menjadi beberapa potongan kecil, lalu taburkan di area yang akan di tanami.
Cangkang telur mengandung berbagai macam jenis mineral.
Anda bisa menggunakan cangkang telur untuk menyuburkan tanah, caranya adalah:
- Hancurkan cangkang telur hingga menjadi lebih lembut
- Masukkan cangkang telur ke dalam pot-pot kemudian tutupi dengan tanah
- Tanaman seperti buah, sayuran atau bunga bisa menjadi sangat subur.
7. Pestisida Organik
Dalam memasak, tentunya kita ingin menghasilkan makanan yang higienis dan aman untuk kesehatan.
Dan tak banyak pula orang yang berulang-ulang kali mencuci sayuran dan buah-buahan dengan menggunakan air.
Nah, ternyata kulit telur punya khasiat untuk membersihkan sayur dan buahan-buahan.
Selain itu sayur dan buah-buahan tersebut tidak akan rusak karena kulit telur mampu mengusir hama, seperti siput, lalat atau ulat.
Tenyata kulit telur kaya akan kalsium. Jadi, kulit telur tersebut dapat hancur dengan sendirinya dan menyebar di tanah sehingga menjadi pupuk yang mengandung kalsium tinggi yang dibutuhkan oleh tanaman.
Caranya yaitu hancurkan cangkang sampai menjadi beberapa potongan kecil, lalu taburkan di area yang akan di tanami.
Cangkang telur mengandung berbagai macam jenis mineral.
Anda bisa menggunakan cangkang telur untuk menyuburkan tanah, caranya adalah:
- Hancurkan cangkang telur hingga menjadi lebih lembut
- Masukkan cangkang telur ke dalam pot-pot kemudian tutupi dengan tanah
- Tanaman seperti buah, sayuran atau bunga bisa menjadi sangat subur.
7. Pestisida Organik
Dalam memasak, tentunya kita ingin menghasilkan makanan yang higienis dan aman untuk kesehatan.
Dan tak banyak pula orang yang berulang-ulang kali mencuci sayuran dan buah-buahan dengan menggunakan air.
Nah, ternyata kulit telur punya khasiat untuk membersihkan sayur dan buahan-buahan.
Selain itu sayur dan buah-buahan tersebut tidak akan rusak karena kulit telur mampu mengusir hama, seperti siput, lalat atau ulat.
Sumber :
No comments:
Post a Comment