
Walikota di negeri yang bukan mayoritas Islam. Dan kisah Risma yang mendunia.
Orang-orang itu datang dengan wajah muram. Selasa 30 Desember 2014. Bersesakan di sebuah ruang. Dan di situ, hampir tak ada tempat kosong. Di luar ruang itu, ratusan orang masih berjubel. Menunggu dengan wajah yang sama. Layu dan disapu ketegangan.Ratusan orang di ruangan itu mematut mata pada titik yang sama. Pada sebuah layar televisi yang dipaku pada dinding. Banyak yang terlihat resah. Ada yang duduk cuma sebentar, lalu beranjak berdiri. Dan duduk atau berdiri, wajah mereka sama layu.
Siang itu, orang-orang yang memenuhi Bandara Juanda, Surabaya itu, resah karena duka dari angkasa. Pesawat Air Asia yang menerbangkan sanak saudara mereka ke Singapura, lenyap di langit. Tak jelas ke mana rimbanya. Petugas berwenang juga belum memberi penjelasan.
Lalu tumpahlah air mata jelang lohor. Seisi ruang tersentak. Layar televisi menayangkan serpihan pesawat dan juga jasad yang mengapung di laut tak bertepi. Itulah jasad penumpang pesawat itu. Di ruang itu banyak yang menutup mata. Ada pula yang nanar. Menatap kosong. Menahan duka yang sulit dikatakan.
Banyak yang menangis. Meraung. Menjerit. Saling berpelukan dengan sanak keluarga yang tersisa. Dengan cepat, kisah sedih ini diwartakan ke seluruh bumi oleh media massa. Wajah duka juga menyapu mereka yang menonton televisi di hotel-hotel, juga di warung-warung kopi.
Di tengah ratusan orang yang berduka di Juanda itu, seorang wanita berkerudung hitam terlihat hilir mudik. Dia menyapa penuh simpatik keluarga korban. Lalu memeluk seorang Ibu, yang hari itu kehilangan anak. Wanita itu histeris menangis. Dipapah anak-anaknya yang lain. Wajah sembab.
Wanita berkerudung itu juga menenangkan seorang kakek yang hari itu juga kehilangan anak. Dia juga memeluk sejumlah ibu yang menangis pilu. Berpindah dari satu duka ke duka yang lain. Dan merekam setiap inci duka yang menyapu kawasan bandara itu.
Wanita yang datang dengan penuh simpatik itu adalah Tri Risma Harini. Walikota Surbaya, yang dikenal bergerak cepat dan rajin turun ke lapangan. "Yang sabar ya Bu," ujar Risma sembari mengelus-elus pundak seorang perempuan, yang keluarganya menumpang pesawat itu.
Pada hari-hari duka penuh penantian itu, Risma seperti memboyong kantor dari kota ke bandara itu. Menemani keluarga korban. Penuh sabar dia mendengar duka. Memang sebagian besar penumpang pesawat nahas itu adalah warga kota pahlawan ini.
Dan sebagaimana pada sejumlah masalah yang sudah-sudah, Risma cekatan mengurai soal. Dia membantu mengumpulkan data warga yang terbang bersama pesawat itu, menangani asuransi, hingga mengatur penjagaan rumah keluarga korban yang ditinggalkan. Pokoknya semua diurus.
Ke sana ke mari membantu keluarga korban, Risma jadi jarang pulang ke rumah. Waktu untuk keluarga direlakan hilang. "Saya paham kondisi mereka. Makanya, saya tidak banyak bicara, takut salah,” kata Risma sambil tetap berupaya menerima protes dari warga non-Surabaya. Sikap Risma memang pantas membuat warga dari kota lain menjadi “dibedakan.” Tapi semua diselesaikan dengan baik.
Aksi turun langsung ke lapangan itu, bukan kali ini saja dilakukan sang walikota. Bersama aparat kebersihan, Risma kadang terlihat membersihkan taman kota, menyapu di pasar becek, memungut sampah di pantai, bahkan memanggul kayu bersama sejumlah pria di tengah kerja sosial.
Risma adalah contoh bahwa menjadi pejabat bukan untuk dilayani, tapi melayani. Bahwa sejumlah soal akan beres dengan cara yang sederhana; sang pemimpin memberi contoh. Surabaya di masa kepemimpinannya memang terlihat bersih. Juga asri. Dan semua itu dilakukan bukan demi pencitraan.
Wanita kelahiran Kediri, 20 November 1961 tak pernah pusing soal 'pencitraan'. Dia bahkan sangat galak kepada para bawahan jika ada yang tak beres. Dan untuk kerja keras semenjak pelantikan 28 September 2010 itu, The City Mayors World Foundation menobatkan Risma sebagai walikota terbaik di dunia.
***
Terpilihnya Risma sungguh memberi harapan. Bahwa di tengah hiruk pikuk berita soal korupsi, yang gemar dilakukan sejumlah pejabat tanpa malu, seungguhnya masih ada pejabat yang berhati mulia. Bahkan mungkin banyak. Tahun sebelumnya, Joko Widodo, Presiden Indonesia, terpilih menjadi walikota terbaik karena sukses menata Solo.
Gelar yang didaulat kepada Risma dan Joko Widodo bukanlah penghargaan yang layak dipicingkan. Hanya walikota berkualitas yang berhak menyandang penghargaan dua tahunan ini. Tengok saja syarat menjadi nominator. Harus memiliki kemampuan kepemimpinan. Memilik visi yang jelas. Handal dalam manajemen.
Walikota terbaik juga harus cerdas mengelola anggaran. Peduli dengan keadaan sosial dan ekonomi. Serta mampu menyediakan jaminan keamanan dan lingkungan. Sang walikota terbaik juga harus sukses menjalin toleransi antar penduduk yang berbeda budaya, ras, dan latar belakang.
Sukses menjadi walikota seringkali melempangkan jalan politik ke tangga di atasnya. Bahkan menjadi tiket ke pucuk negeri. Lihat saja Joko Widodo. Sudah “berbulan madu” dengan publik Indonesia semenjak menjadi walikota Solo. Karir ke kursi Presiden terhitung lempang.
Lihat juga mantan walikota terbaik 2010 asal Albania, Edi Rama. Sukses mengatur kota disanjung rakyat. Jalannya menuju kursi perdana menteri negara bekas komunis tersebut, juga terbilang mulus.
Lalu ikuti juga kisah Dora Bakoyannis yang pernah menjadi Walikota Athena, Yunani. Sukes menggelar Olimpiade Musim Panas 2004, Dora didapuk menjadi walikota terbaik dunia tahun 2011. Namanya kemudian mendunia. Bakoyannis kini mendapat posisi lebih bergengsi, Menteri Luar Negeri.
***
Ajang pemilihan walikota terbaik ini digelar dua tahunan. Sudah berlangsung semenjak beberapa tahun lalu. Setiap periode dipilih 10 walikota terbaik. Jadi sudah puluhan walikota yang didaulat. Mereka menilai walikota di seluruh dunia. Dengan teliti. Dengan ketat.
Yang menarik, dari 10 walikota terbaik dunia tahun 2014, tiga di antaranya adalah beragama Islam. Selain Risma, masih ada nama seperti Naheed Nenshi, Walikota Calgary, Kanada, yang berada di peringkat satu. Satu walikota lain adalah Aziz Kocaoglu, orang nomor satu di kota Izmir, Turki.
Dari tiga nama itu, Naheed Nenshi mungkin yang paling mencolok. Bagaimana tidak, Nenshi menjadi orang nomor satu di wilayah yang bukan mayoritas muslim. Tentu saja tantangan lebih banyak dan berat. Berstatus muslim ditambah gelar imigran, Nenshi harus berjuang meyakinkan pemilih.
Padahal pekerjaan lama sungguh membuatnya tinggal memetik hasil. Nenshi adalah pegawai dari konsultan bergengsi dunia McKinsey and Company. Namun profesi ini ditinggalkannya. Nenshi memilih memulai karir sendiri.
Keluar dari McKinsey, Nenshi bukannya jadi pengangguran. Dia sempat diterima bekerja untuk lembaga bergengsi, Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Namun, lagi-lagi jabatan ini belum memuaskannya.
Bapak dua anak ini akhirnya terjun ke dunia politik sejak 2004. Menjajal menjadi calon dewan kota di Calgary,ambisi Nenshi menemui kegagalan. Tak patah arang, enam tahun kemudian, dia mendaftar kembali menjadi orang pemerintahan. Kali ini Nenshi melamar sebagai calon Walikota Calgary.
Segenap keringat itu sukses. Nenshi mendapat dukungan penduduk Calgari. Nenshi pun terpilih menjadi walikota. Perjuangan Nenshie pada 2010 itu sungguh tak mudah. Dia kerap menjadi sasaran kampanye hitam karena keyakinannya sebagai Muslim.
Pada 11 September 2010 –saat peringatan pengeboman World Trade Center (WTC, New York, Amerika Serikat)-- kantor sekretariat yang menjadi pusat segala kampanye Nenshi dirusak. Perusakan juga terjadi saat perayaan Idul Fitri. Tak hanya teror perusakan, ancaman juga diterima Nenshi melalui surat elektronik.
Tapi Nenshie terus maju. Dia menggalang dukungan dan relawan dari kaum muda Calgary. Salah satu gebrakannya adalah kampanye melalui media sosial. Dan warga kota yang mayoritas non Muslim itu menghargai niat baik itu.
Cobaan terberat Nenshi justru hadir dua tahun lalu. Banjir bandang meluluhlantakan wilayah Alberta. Tak cuma bangunan fisik, semangat penduduk sudah masuk di tubir jurang. Nyaris putus asa. Dibantu masyarakat lokal, Nenshie berhasil menggugah hati penduduk Calgary untuk bersama-sama mengulur tangan. Bahu membahu membantu korban banjir.
Perjuangan tak kalah berat juga harus dilalui Aziz Kocaoglu, Walikota Izmir, Turki. Kocaoglu harus melanjutkan pemerintahan yang diberitakan media massa agak korup. Tak cuma itu, Kocaglu juga menjadi walikota di wilayah sekuler Turki.
Penunjukan Kocaoglu oleh Partai Rakyat Republik (CHP) yang berhaluan sekuler dan menjadi oposisi pemerintah bukan tanpa sebab. Kocaoglu memiliki sejumlah prestasi saat menjabat Walikota Bosnova, salah satu distrik konstituen Izmir. Salah satunya membenah birokrasi.
Tugas Kocaoglu memimpin Izmir bukanlah hal mudah. Banyak lawan politik yang berusaha menjatuhkannya. Baru memulai kepemimpinannya, Kocaoglu dan jajarannya telah dua kali menjadi incaran pihak kepolisian atas tuduhan korupsi.
Dia juga mendapat ancaman hukuman penjara selama 397 tahun lantaran didakwa telah melakukan 33 kasus korupsi. Kocaoglu melakukan perlawanan. Dengan lantang dia menyebut dakwaan atas dirinya bermotif politik yang sangat kuat. Ini dibuktikan dengan adanya hasil penyelidikan yang menyatakan ia tidak terbukti bersalah.
Terpilihnya Tri Risma Harini, Naheed Nenshi, dan Aziz Kocaoglu sebagai walikota terbaik dunia, bukan hanya memberi kebanggaan kepada warga tiga kota itu, tetapi juga menjadi pintu mengenalkan Islam kepada dunia. Membanggakan. Dan patut ditiru.
KOTAK KOMENTAR
|
ARTIKEL TERKAIT
Serba Serbi
- Tes Cari Jodoh: Mencari Pasangan Berdasarkan Tanggal Kelahiran
- Pisahkan Si Kaya dan Miskin, Tembok di Peru Ini Tuai Kontroversi
- Nabi Palsu Dari Sulawesi Sukses Ditertawakan Netizen
- Berdoalah Anda tak Sampai Menyaksikan Pemandangan Seperti Ini Saat Terbang
- Wow, Pasangan Transgender Ini Hamil dan Segera Punya Anak
- Fakta Unik yang Hanya Ada di Jepang
- Foto Kekonyolan Pak Polisi Dari Berbagai Belahan Dunia
- Inilah Perbedaan Cara Tertawa Dalam Dalam Berbagai Bahasa Dan Negara
- Miris… Pakai Sandal Jepit Mau Beli Mobil Kontan, Joe Patrick Asal Karawang Malah Dicegat Satpam
- Pasangan Aneh di Dunia, Malah si ‘Pria’ Yang Hamil
- Kala Warteg Pinggir Jalan Jadi Hidangan Pejabat Istana
Tokoh
- Islam di Tangan Erdogan
- Hadang Kudeta, Kakek Tua dari Angkatan Bersenjata Ottoman Ini Turun Gunung
- Tokoh Dunia Yang Melajang Hingga Ajal
- Fakta Kesultanan Banten, Kerajaan Nusantara yang Disegani Dunia Namun Berakhir Miris
- Ulama Terkenal Saudi Syeikh Aidh al Qarni Ditembak di Filipina Usai Ceramah
- Ternyata Ini Rahasia Kekuatan Hafalan Dr Zakir Naik Yang Fenomenal
- MERINDING!!! SUNNAH NABI ITU EMANG SUPER AJAIB
- Pengacara Daeng Aziz Pertanyakan Peran Wapres Jusuf Kalla di Kalijodo
- 'Kenapa Anda Suka Sekali Menghina Agama lain?'
- Begini Cara Imam Abu Hanifah Bikin Orang-Orang Atheis Bungkam Tak Berkutik
- Saya tidak mengerti, mengapa Tuhan mengirim Ahok, bukan muslim pribumi untuk memimpin Jakarta?