Rumus Matematika Dapat Menjadi Penerjemah Bahasa Alien -
Melalui penelitian terhadap hampir 60 jenis bahasa yang berbeda di bumi, para ilmuwan menemukan bahwa di antara jenis bahasa yang berbeda itu terdapat struktur matematika yang serupa, kelak mungkin dapat digunakan untuk menerjemahkan bahasa alien.
Melansir laporan media asing, cukup banyak rumor tentang kontak dan penampakan alien, namun, ada yang mengklaim memiliki cara untuk berkomunikasi dengan alien.
Astronom dari pencarian kehidupan di luar bumi mengungkapkan kepada kita tentang bagaimana menggunakan alat-alat matematika untuk menerjemahkan alien. Menunjukkan bahwa matematika adalah alat yang paling kuat di alam semesta, bahkan merupakan "bahasa" bersama setiap budaya.
Para peneliti mengatakan, algoritma matematika dapat memahami berbagai bahasa di planet bumi. Jadi, suatu hari kelak kita dapat menggunakan sistem ini untuk memecahkan kode informasi alien, jika suatu saat kita menerima sinyal dari peradaban di luar bumi, maka kita bisa menerjemahkan maksudnya.
Dr John Elliott terus berupaya mempelajari tentang bagaimana memecahkan kode berbagai bahasa, dan selama dua dekade di masa lalu telah melakukan penelitian terhadap bahasa manusia secara matematis, ketika kita menghadapi kontak dengan peradaban pertama, hambatan bahasa dapat dipecahkan, bahkan kita juga dapat merespon satu sama lain.
Bagi Dr John Eliot, bahasa di alam semesta mungkin memiliki kesamaan tertentu, terutama di bawah kerangka matematis akan menjadi lebih "transparan". Setelah menyelesaikan gelar doktornya pada 1990-an, ia mulai terlibat dalam pencarian makhluk cerdas di luar bumi, dan spesialisasinya adalah pengolahan bahasa alam.
Melalui penelitian terhadap hampir 60 jenis bahasa yang berbeda di bumi, Dr John Eliot mengatakan bisa menghitung bahasa lain yang tidak diketahui dari perbedaan bahasa terkait ini. Tesis terkait telah menarik minat lembaga penelitian pencarian peradaban di luar bumi, karena sebelumnya tidak ada yang melakukan penelitian tersebut. Banyak yang memantau dan mendengarkan sinyal asing di alam semesta, namun, masalahnya meskipun kita mendapatkan sinyal terkait, lalu bagaimana menerjemahkannya, penelitian ini bertujuan untuk memberikan penjelasan baru.
Para peneliti juga menemukan bahwa bahasa lumba-lumba juga memiliki struktur yang sama, meskipun frekuensinya lebih tinggi, namun hal itu dapat dianalisis dari gejala serupa, dan ini memberika saluran kepada kita dalam mempelajari bahasa makhluk yang berbeda di alam semesta.
Dr John Eliot menuturkan, jika kita menemukan sinyal peradaban asing, hal yang paling penting adalah menganalisis strukturnya, dan sinyal dari peradaban di luar bumi itu pasti akan tertangkap, di antaranya akan membawa pesan tertentu. Namun perlu dicatat, kita harus waspada terhadap tingkat kecerdasan peradaban luar, peradaban yang lebih maju akan membawa struktur yang lebih kompleks dalam pesan tersebut, ini merupakan karakteristik umum yang dimiliki peradaban tinggi.
Para ilmuwan menyimpulkan "prosedur standar" setelah menemukan sinyal extraterrestrial. Pertama perlu menafsirkan dulu karakteristk fisiknya, mengamati isinya apakah bersifat acak, apakah ada struktur yang jelas, memastikan apakah hanya berupa sinyal.
Kedua jika itu adalah pesan dari peradaban alien, maka harus diidentifikasi dan dianalisa, karakteristik strukturnya dapat diurai secara matematis.
Ketiga, mengidentifikasi apakah struktur bunyi bahasanya sama dengan kita, sekaligus memperkirakan sumber sinyalnya dan komponen untuk mengirim sinyal.
Keempat, melakukan partisi kompartemen dari struktur tata bahasa, interpretasi lebih lanjut dan mengidentifikasi pesan di dalamnya.
Kelima, memberi makna tata bahasa melalui matriks dan alat-alat matematika lainnya, menerjemahkan arti yang dimaksud. Pada 1977 silam, astronom menemukan sinyal radio teleskop yang aneh dan berlangsung selama 72 detik, yang berasal dari luar tata surya (mungkin lelucon dari intelegensi yang lebih tinggi), ini mungkin kali pertamanya kita mengadakan kontak dengan kehidupan di luar bumi, dan sejak itu kemudian sinyal serupa tidak muncul lagi.
Pada 1959 silam, dalam tesisnya, fisikawan asal Cornell University membahas tentang kemungkinan penggunaan gelombang radio untuk komunikasi antar-bintang. Setahun kemudian, astronom Frank Drake untuk pertama kalinya menggunakan teleskop radio berdiameter 25 meter untuk mencari peradaban asing, selanjutnya selama satu dekade sejak itu, Uni Soviet memulai pencarian alam semesta dalam skala besar menggunakan gelombang radio, tetapi tidak berhasil, pada kisaran tahun 1970 - 1980, Badan Antariksa Nasional AS, NASA mulai secara penuh menyelidiki sinyal angkasa malam.
Pada 1992, Exoplanet pertama ditemukan, keberadaannya terletak di sekitar pulsar, dan disitu dipastikan tidak bisa untuk menetap, hingga pada 2009, pesawat penjelajah exoplanet Kepler NASA diluncurkan. Beberapa tahun kemudian, ditemukan sejumlah besar exoplanet, pada bulan lalu, planet pertama dengan ukuran hampir sebesar bumi ditemukan dan diberi nama Kepler 186f.
Sumber :
No comments:
Post a Comment