AHOK : NIKMAT MANA LAGI YG KAMU KAFIRKAN ? -
Siapapun yang pernah merasakan naik transjakarta, pasti merasakan murahnya ongkos transportasi disana sekarang.
Bayangkan anda dari Jakarta Timur misalnya mau ke Jakarta barat, biasanya pindah 3x bus atau mikrolet. Jika sekali naik anda harus bayar Rp. 3500,- di kalikan 3x maka kocek harus keluar sekitar Rp. 11 ribu. Itu baru berangkatnya, belum pulangnya.
Naik transjakarta mau pindah 50 bus pun untuk mencapai tujuan, anda cukup bayar 1x saja, yaitu Rp. 3500,-. Murah sekali, kan ? Saya saja awalnya kaget, tapi suenang. Sudah bus-nya ac, pegawainya rapih, yang naik banyak yang cantik ( suit suit ) dan tidak lama lagi nunggu busnya.
Bayangkan saat saya naik metromini atau kopaja yang ngetemnya mulai dari zaman prasejarah sampai ke zaman perang bintang, nunggunya dari dagu kelimis sampai jenggot panjang, panas, banyak pengamen, bau ketek belum disiram, belum homo yang pura2 pegangan tapi sikutnya nyenggol2 si Imran. Dengan semua musibah itu, ongkosnya lebih mahal lagi.
Transjakarta semuanya serba teratur dan tidak macet karena berada di jalur sendiri. Supirnya tidak ugal-ugalan karena tidak ada yg kejar setoran. Tempat tunggunya-pun tidak di pinggir jalan terpapar matahari.
Jadi bayangkan, dengan adanya transjakarta maka moda transportasi lain yang sejenis hancur total pendapatannya, kecuali mereka yg rutenya tidak dilewati trans. Karena itulah Ahok mengajak semua moda transportasi seperti Kopaja dan metromini untuk bergabung dengan transjakarta, supaya mereka tidak mati suri.
Belum puas sampai disana, Ahok pun mengajak operator bus lain seperti Mayasari bhakti dan bianglala untuk masuk di jaringan transjakarta. Syaratnya, busnya harus bagus dan ongkosnya harus Rp. 3500, seperti trans.
Ahok tahu, bahwa berkembangnya transjakarta akan mematikan para operator bus. Jika Ahok menganut sistem kapitalis, dia tidak akan perduli lu mau hancur apa tidak. Tapi tidak, dia mengajak semua bekerjasama dengan konsep saling menguntungkan.
Bukan itu saja, Ahok akan mengembangkan kerjasamanya ke Tangerang, Bekasi dan Depok sehingga mereka yang tinggal disana dan kerjanya di Jakarta cukup hanya bayar Rp. 3500 saja. Menarik, bukan ?
Biaya transportasi akan terpampras habis. Dan jika begitu murahnya biaya transportasi juga nyaman, lalu untuk apa lagi naik kendaraan pribadi ? Apalagi nanti Ahok akan menggunakan sistem untuk menarik biaya mahal dari kendaraan yang menggunakan jalan utama di Jakarta, belum lagi ongkos parkir di gedung2 yang sekali parkir bisa buat beli selusin celana dalam. Motor pun akan ada saatnya dilarang masuk jalan utama. Sederhananya, kalau masih ngotot naik kendaraan pribadi, ya siap2 merogoh kocek minimal Rp 100rb per hari. Kalau gak kaya, bisa2 tengah bulan jual ikat pinggang.
Konsep besar yang ada di benak Ahok ini akan memaksa orang untuk naik transportasi massal. Dengan begitu jalanan Jakarta yang terkenal macet dan polusi akan berubah 180 derajat. Ahok bukan seperti pendahulunya yang sibuk membangun jalan layang demi memenuhi kapasitas kendaraan pribadi. Ia memaksa orang untuk meninggalkan gaya lama yang boros individualis materialistis dengan pameran kendaraan yang sebagian besar dibeli dengan hutang.
Betapa besar perubahan Jakarta kedepan. Warga Jakarta sungguh bersyukur dengan adanya Ahok, karena daerah lain belum tentu bisa semurah itu transportasinya. Itulah pemimpin yang memikirkan kebutuhan rakyatnya.
Maka, sambil minum secangkir kopi malam ini di Pati Jawa tengah dengan sejumput kacang, saya ingin bertanya pada warga Jakarta, "Nikmat manalagi yang kamu kafirkan ?"
Sumber :
No comments:
Post a Comment