Dunia maya di Indonesia, dihebohkan berbagai rotes terhadap potret resmi pahlawan nasional yang berasal dari Nangroe Aceh Darussalam, Cut Nyak Dien. Protes tersebut, terfokus pada foto lukisan resmi wanita panglima perang heroik itu yang tidak memakai hijab atau jilbab. Padahal, Cut Nyak Dien merupakan perempuan muslimah dari daerah yang juga dikenal sebagai “Serambi Mekkah.”
Lebih menghebohkan lagi, satu akun Facebook bernama “Seuramoe Mekkah”, mengunggah foto resmi istri Teuku Umar tersebut dan disandingkan dengan potret perempuan berjilbab yang ia sebut sebagai foto asli Cut Nyak Dien.
“..foto seorang muslimah yang menjaga kehormatannya dengan menutup auratnya, sanggup mereka rubah menjadi gambar wanita yang terbuka auratnya, walaupun itu seorang wanita pahlawan nasional sekalipun,” kecamnya.
Kontan, unggahan yang diokomentari hampir mencapai seribu netizen tersebut menimbulkan kebingungan. Namun, benarkah foto perempuan berjilbab itu Cut Nyak Dien? Foto wanita berjilbab itu bukanlah Cut Nyak Dien. Dalam laman Koninklijk Instituut voor Taal Land-en Volkenkunde (KTILV) Universitas Leiden Belanda, wanita itu ternyata istri Panglima Polem dari Sigli, yang juga didaulat sebagai pahlawan Indonesia. Bahkan, pada foto lainnya, istri Panglima Polem tersebut tak memakai jilbab.
Untuk diketahui, KTILV merupakan lembaga penelitian yang memiliki jutaan koleksi foto, peta, dan bukti sejarah Indonesia pada masa penjajahan Belanda. Selain itu, potret lukisan resmi Coet Nyak Dien yang tak memakai jilbab justru memiliki bukti otentik dari foto sang pahlawan koleksi KTILV (lihat di sini http://goo.gl/nX2r2K).
Dalam foto tersebut, Cut Nyak Dien yang telah renta duduk di tengah empat lelaki Aceh. Ia tidak memakai jilbab. Alhasil, klaim Seuramoe Mekkah yang membingungkan tersebut justru menjadi bulan-bulanan perundungan netizen.
Bagi mereka, berjilbab atau tidak, Cut Nyak Dien tetaplah muslimah yang berada pada keyakinan agamanya bahwa penjajahan itu adalah suatu dosa dan harus dilawan. Terlebih, Cut Nyak Dien, berjilbab atau tidak, adalah pahlawan dan contoh perempuan yang mengungguli zamannya sendiri. Dirinya, menjadi contoh perempuan emansipatoris yang mendobrak budaya feodal patriarkis.
“Jilbaban atau tidak, beliau tetep pahlawan besar dan saya pikir bisa menginspirasi wanita-wanita dr generasi ke generasi,” tulis netizen bernama Hanantyo Wibisono.
KOTAK KOMENTAR
|